Lihat ke Halaman Asli

Ando Harapan Gurning

Pantai Losari Makasar

Kios Kecil Bawang Merah

Diperbarui: 25 Maret 2022   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Saya lagi asyik berdiskusi dengan rekan kerja berkaitan dengan penerjemahan teks doa yang berisi tentang permohonan damai untuk dunia terutama Rusia dan Ukraina. 

Ternyata menerjemahkan itu rumit dan selalu membutuhkan pengorbanan termasuk pemilihan kata-kata yang tepat.  Kami pun mencoba menangkap pesan doa lalu mengisinya dengan bahasa daerah.  Ternyata setelah membaca ulang,  isi doanya pun belum menyentuh rasa. Memang begitulah selalu bila sesuatu hal diterjemahkan akan mematikan sesuatu.   

Tetangga pulau pun menghubungiku soal ritus-ritus yang sedang kami kerjakan.  Kami bersharing tentang saat-saat harus berlutut ketika menyatakana kalimat tertentu. Ia merasa bersalah karena lupa melakukan gerakan itu. Saya hanya memujinya dan berkata, "saudara sudah mendarahdagingkan gerakan itu." 

 Saat bertelepon,  tiba-tiba ada permintaan untuk perminyakan susci.  Saya dengan refleks mematikan laptop dan memasukkannya ke dalam tas. Saya berlari ke kamar mempersiapkan apa yang diperlukan. 

Kami meluncur ke tempat orang sakit.  Ternyata di balik tembok pastoran.  Ketua lingkungan sudah lebih dahulu.  Saya melihat bapak itu.  Rupanya dia di kios yang mereka pakai untuk jualan bawang.  Si bapak meniduri bawang yang sedang dijual istrinya.  Dalam keadaan berbaring lemah,  temanku membangunkannya.   Ia juga yang memapahnya, mengajaknya ke rumah sebentar karena untuk  merayakan viatikum dan perminyakan di pasar di tengah-tengah penjual dan pembeli.  

Dengan penuh perjuangan ia berjalan dituntun oleh temanku dan sang Istri yang setia.  Saya sedikit kaget melihat rumah mereka berdua.  Rumah mereka hanya berukuran satu meter dengan panjang tiga meter.  Saya tidak melihat tempat tidur.  Lalu saya bertanya di mana tidur.  Ternyata mereka tidur di antara barang-barang yang mereka kumpulkan.  Saya pun makin termenung. 

Tiba-tiba saja,  istrinya mengatakan bahwa suaminya sering mabuk-mabuk.  Dengan bernada humor saya berkata kepada sibapak supaya membagi minumannya.  Ia pun tertawa sambil mengatakan bahwa saya tidak cocok minum karena perut besar dan cepat kena mag.  Saya pun tertawa kecil.  Lalu kami lanjutkan dengan viatikum dan perminyakan.  

Selesai perminyakan saya coba pijit kakinya yang bengkak.  Dia sedikit meringis. Istirinya mengatakan pada saya supaya melarang dia untuk minum. Spontan saya berkata bahwa minum itu bagus.  Si istri tertawa dan menjelaskan maksudnya minum alkohol.  

Lalu si suami berkata,  "ia pastor.  Saya tidak minum alkohol lagi. " Spontan saya berkata,  "Ya,  jangan katakan kepada saya tetapi katakan pada istrimu". 

Setelah berkata demikian,  kami pamitan dan minta supaya si bapak jangan tidur di depan jualan istri.  Karena itu akan mengganggu penjualan bawang2.  

Sambil jalan kaki,  si ibu juga menuju tempat jualannya. Ia membuka ulang kiosnya.  Melihat kios tetangganya,  rupanya terdapat kelas2 kios yang disediakan pemerintah.  Si ibu membuka ulang kiosnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline