Lihat ke Halaman Asli

Andi Zulfikar

wirausahawan yang sedang usaha bangkit

Al Quran dan Misteri Alam Semesta

Diperbarui: 20 Maret 2024   09:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

AL-QUR'AN DAN MISTERI ALAM SEMESTA

Ramadhan kerap diidentikkan dengan masa membaca Al-Qur'an. Pasalnya, kitab suci umat Islam ini pertama kalinya diturunkan pada bulan ke-9 kalender hijriah yang menyiratkan perintah membaca. Perintah membaca tak sebatas pada ayat-ayat yang tersurat, tapi juga ayat-ayat yang terpampang di alam semesta.

Menariknya, alam semesta selalu menyimpan misterinya sendiri. Sehingga menggoda para pemikir, baik para filosof maupun ahli fisika dan astronomi, bertanya, kapan dan bagaimana terbentuknya alam semesta? 

Sejak itu panggung intelektual sempat gaduh. Dua kelompok besar pemikir saling berhadapan membahas misteri asal-muasal terbentuknya alam semesta. Satu kelompok menyebut, alam ini bertepi (berbatas) dan tetap. Sebaliknya, kelompok lainnya percaya alam ini bukanlah ruang berbatas.

Di saat kondisi "perseteruan" intelektual sedang panas, hadir seorang lelaki dari kalangan masyarakat biasa. Lelaki itu menyebutkan, jagat raya ini terus mengembang dan dinamis. Alam semesta, lanjut lelaki itu, setiap saat mempunyai aspek baru yang menyimpang dari konsep ruang tak terbatas. 

Pandangannya ini seakan-akan menjadi pikiran alternatif yang dapat menghentikan kontroversi panas para pemikir. Namun para ilmuan filsafat maupun fisika tentu saja tak bisa menerima informasi tersebut begitu saja. Jangankan mereka, sebahagian orang Mekkah yang paham betul soal track-record lelaki itu saja ogah menerima keterangannya. Bahkan lebih dari itu, mereka malah dengan lantang berani menentang.

Padahal mereka tahu, lelaki itu mereka kenal sebagai manusia yang jujur (amanah) dan adil, tidak pernah berbohong, tidak pernah berpikir culas, apalagi melakukan cawe-cawe yang menghalalkan segala cara demi kepentingan sendiri dan atau kelompok. 

Dunia intelektual pun geger. Mereka mempertanyakan siapa gerangan lelaki tersebut. Apa dasarnya atau mengapa dia bisa berpendapat demikian? 

Telisik demi telisik, lelaki itu bernama Muhammad. Ia bukan seorang ahli filsafat, dan bukan pula pemikir ahli fisika. Mereka betul. Muhammad pun mengaku dirinya hanyalah seorang manusia biasa sebagaimana masyarakat kebanyakan. Muhammad, menjelaskan, pandangannya itu bukanlah dari hasil pemikiran dirinya. Bukan pula hasil dari riset atau penelitian yang dilengkapi dengan teknologi super canggih. Muhammad mengaku, pendapatnya merupakan wahyu dari Tuhannya.

Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan Kami benar-benar meluaskannya (Q.S. Al-Dzariyat : 47)

Al-Qur'an dan Teori Big-Bang

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline