Lihat ke Halaman Asli

Andi Wi

TERVERIFIKASI

Hai, salam!

Cerpen | Menyebrang Jalan

Diperbarui: 8 Maret 2018   03:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Twitter.com/kulturtava

Hidup ini tidak mengejutkan. Sekalipun kita menaruh petasan menyalakannya di cuping telinga sendiri, itu masih sama sekali tidak mengejutkan. Tapi mengagetkan. Selebihnya proses alami mendengar perbagai bebunyian bukan lagi hal yang pantas untuk diperdebatkan.

Orang-orang berbunyi. Bahkan saat diri mereka tertidur, melupakan dirinya sesaat. Dunia ini aneh. Selalu ada yang terlelap saat yang lain terjaga.

Hidup ini sendiri adalah rasa simpati, belas kasihan. Jika bukan untuk diri sendiri, kita akan melakukannya untuk orang lain. Kita akan memproyeksikan diri kita sebagai pohon yang menginginkan bayangan sempurna saat cahaya menimpanya.
Meski terkadang bayangan yang terjadi tidak sesuai dengan bayangan yang kita harapkan. Tapi itulah adanya. Bayangan yang terlalu mencolok yang sekian lama melekat pada tubuh kita. Dan kita adalah pohon berjalan yang tak bisa berbuat apa-apa.

Kita hanya berdiri. Menikmati angin sepoi yang melintas. Sesekali agak terganggu dengan siulan burung yang seenaknya hinggap, dan meninggalkan jejak kotorannya di muka kita. Lebih dalam lagi, di hati kita.

Kita selalu menginginkan cerita yang lebih lengkap. Tapi seperti semua cerita, kau dan aku, selalu akan penasaran apa yang terjadi setelah misalnya ciuman itu di keningkan? Apa yang terjadi setelah sepasang kekasih hidup berdampingan bersama-sama di sebuah rumah mewah, gubuk, atau tempat yang memiliki fasilitas macam di negeri dongeng. Apa yang terjadi setelah kita mencapai bahagia bersama orang kita cintai? Apa cuma begini saja?

Kita memang orang yang melelahkan. Kita memang jenis orang yang mudah lelah.

Dan mestinya setelah berhasil membaca kalimat pertama, "Kaca ini mudah lepas. Tolong jangan ditekan!" Apakah itu artinya kita selamat dari resiko?

Sudah sering kita menyaksikan seekor burung bersiul. Membuat sarang. Berciuman di atas ranting. Bercinta tepat di depan mata kepala seperti di film-film porno yang menjijikan. Lalu kita melihat anak-anak mereka tumbuh dan berpikir dengan cara menjijikan. Kita menyaksikan kejadian itu semua dengan mata kepala kita sendiri, seperti sedang mengawasinya dari balik layar televisi.

Kau boleh memegang teguh kalimat: orang yang mengalahkanmu hari ini, tak akan bisa mengalahkanmu esok hari. Tapi percayalah, itu kalimat yang membosankan. Mereka bahkan sanggup mengalahkanmu yang satu kali pun kau tak punya kesempatan untuk membalasnya.

Tapi jangan terkejut. Sebab kau bukan satu-satunya orang yang tak bisa mengalahkan bandar itu.

Ini memang tak ada kaitannya. Tapi aku sering duduk di kamarku dan menunggu lama seseorang datang untuk mencariku. Tapi ternyata orang itu tak pernah tiba. Dan sialnya aku juga tak pernah punya kesempatan untuk membalasnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline