Lihat ke Halaman Asli

Andi Wi

TERVERIFIKASI

Hai, salam!

Cerpen ǀ Merencanakan Kegagalan

Diperbarui: 27 Januari 2018   17:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: Instagram.com/humanplus

Dua hari belakangan ini tidurku tak nyenyak. Aku selalu bangun lebih awal dari biasanya. Aku tak tahu kenapa. Rasanya seperti ada dorongan kuat untuk bangun dan mengerjakan sesuatu. Akan tetapi ketika aku memikirkannya, sesuatu itu kehilangan rencananya sendiri.

Kenapa?

Aku duduk di tepi ranjang. Berpikir beberapa saat sebelumnya akhirnya berani mengajukan pertanyaan untuk diri sendiri: memangnya, sejak kapan aku peduli dengan rencana yang telah kubuat hingga merasa cukup jantan untuk menyelesaikannya?

Baiklah. Kuakui. Dulu aku ini anak laki-laki dengan segudang rencana. Namun sebagai mana rencana diciptakan, mereka selalu gagal. Rencanaku memang selalu gagal. Tapi kupikir itu cuma masalah kecil, karena aku sudah menemukan solusinya.

Ini seperti kenginan kuat kau ingin kaya. Tapi alih-alih selalu gagal dalam meraihnya, kau berpikir, tidak kaya juga tidak apa-apa, terpenting semua kebutuhanmu tercukupi. Nah persis seperti itulah yang kusebut solusi.

Kata orang hidup ini seperti roda. Oke, mungkin yang dimaksud roda itu, roda yang bisa berputar. Roda hidupku juga berputar, tapi mungkin ia bergerak dengan kecepatan begitu lambat sampai aku sendiri tak menyadarinya apakah dia diam atau justru bergerak ke kiri?

Orang-orang melangkah lebih jauh di depanku. Orang-orang selalu ingin tiba lebih dulu dari hari esok. Sementara aku melangkah selangkah demi selangkah untuk mencapai hari esok.

Aku bagai anak laki-laki yang merencanakan segala sesuatunya dari awal, tapi di tengah-tengah rencana berbuah pikiran, atau jika tidak, aku akan tiba dengan rasa gagal di menit-menit akhir.

Sering aku menyaksikan kegagalan di depan mata kepalaku. Sekuat tenaga aku menasehati diriku dengan berujar, "Kau lihat sendiri kan?" Seolah-olah aku sedang menunjuk telur gosong di atas piring.

Jika ada istilah pengusaha sukses di usia muda maka akulah pengusaha muda sebaliknya, yang bangkrut diusianya yang masih muda. Jika ada cerita seorang pemuda yang bangun kesiangan di hari pertamanya tes kerja, maka akulah pemuda itu. Jika ada pemuda yang tiba-tiba tersedak duri ikan sebelum ia sempat menyatakan cintanya kepada gadis pujaannya di meja makan, maka pemuda itu adalah aku, yang dilarikan ke rumah sakit.

Ada sesuatu yang belum bisa kutuntaskan. Banyak hal yang tak bisa kuselesaikan. Aku tahu aku tak bisa berbuat banyak, dan kalau aku bisa, aku pasti selangkah lebih dekat dengan kehancuran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline