Lihat ke Halaman Asli

Andi Wi

TERVERIFIKASI

Hai, salam!

Puisi | Gigil di Beranda

Diperbarui: 17 November 2017   00:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: instagram.com/the_business_rules/

Sungguhnya bukan main
Menyaksikan sambil duduk
Hujan turun
Di malam hari
Gigil menyentuh pelahan-lahan cahaya
namun tak sanggup membekukan apa-apa


Justru kubayangkan kau
di sampingku
mengeluh
Atas asap rokokku 


Rindu yang tiap malam kau hirup bikin sesak napasmu kumat,
namun sudah sembuh.


Aku merayakannya,
Dengan mendengarmu berkisah
Tentang sehari sebelum kita jatuh cinta
Sehari sebelum kita berpisah
-Dengan nada agak filosofis, kau berkata


"Aku memilih menaikkan jangkarku,"
Samar-samar ucapmu
"Pasangan sejati berlabuh adalah berlayar
kembali!"


Yang justru kudengar ibuku berteriak,
"Nah kubilang juga apa.
Jangan main hujan-hujanan!"


Lantas kulihat kau berpaling
ke luar hujan deras, lalu balik menatapku
Pekat-pekat, bagai aku lebih jauh
Dari pada jangkauanmu


Namun nampak betul kau berhasil
Menyamai diriku
Di sisimu


Kau membelaiku,
tanganmu sedingin es


Malam tak punya palung
Hujan meruntuhinya
Tidak ada bencana
Kesedihan cuma rencana 


Aku pamit padamu ingin kecing
Aku kedinginan kataku.
Kau tidak berkata apa-apa

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline