Akhirnya tak ada lagi yang
saya inginkan di dunia ini.
kecuali rasa lapar,
dan keinginan tidur
siang
Jika saya memiliki uang, saya
menabung. Jika sedang kepepet,
saya melamun. Tapi buat apa?
5000 tahun lalu sampai sekarang
laut belum surut dari rasa garam
Kekasih saya yang saya cintai
telah pergi
meninggalkan bekas ciuman
di telapak sepatu. Yang susah
dibersihkan seperti permen karet
Ia mengikutiku. Kemana pun,
Sampai toilet umum. Rumah
makan padang, hingga berhasil
menjelmakan wajahnya
di air kobokan.
"Kenapa kau di sini?" kata saya.
Aduh, aduh. Itu yang muncul
di langit
senyum melengkung
warna-warni mijikuhibiniu ia lagi.
Aduh, aduh.
Menyebalkan sekali,
Tapi, meski begitu
Ya tuhan. Saya terimakasih
Sebab. Ia benar-benar ahli
merampungkan
Sajak-sajak rumpang
Hingga saya berhasil jadi
penyair gadungan.
Hari Sejati, 01-02-2017
(*) Thx buat Kak Nunik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H