Cinta saya yang lulut dan jinak
Jangan kau usir dari hatimu
Banyak sudah kudengar
Siasat pintar mengubur
cinta mati.
Apa yang tidak demikian
kita pahami
dari hari-hari rawan mendung
Langit terlalu pemurah dan pemaaf.
Ini salah saya. Biar selangkah
demi setapak
jalan habis dibelah
para perindu tabah
yang selalu soal teatrikal
akrobatik payah
mengendalikan ingatannya
yang kering, namun mudah tumpah
sewaktu-waktu
Rindu menggelinding seperti bola air mata di pematang
pipimu
yang pucat dan kucintai. Sementara
awan mengapung
di kepala semua orang
Mengungkap perihal kebenaran:
Hari ini sebuah jalan dibuat dari
nama belakang pahlawan yang tidak memiliki nama depan.
Sebatang kayu lapuk
tak selamat dari ciuman cuaca dan rencana
Jamur merang yang tumbuh
di sepanjang tubuhnya.
Lampu kamar dimatikan.
Dua ekor cicak tersesat
dalam gelap.
Dan kau, katanya, sedikit beruntung.
Hujan turun
saat kau terlelap
dan tak ingin terbangun
untuk pipis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI