Lihat ke Halaman Asli

Andi Wi

TERVERIFIKASI

Hai, salam!

Resolusi Penjual Cuangky

Diperbarui: 30 Januari 2017   20:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Logo Resolusi Kocak 2017 / Kompasiana

Pukul empat sore saya terbangun dan suara saya mirip orang habis menangis. Saya berjalan menuju dispenser dan minum dua gelas air putih, lalu, “Ting... Ting... Ting.” Saya keluar rumah dan memesan Cuangky. Makanan yang konon asal kota kembang, Bandung. Sambil menunggu pesanan dibuat, saya berbasa-basi sedikit sama penjualnya—seorang lelaki empat puluhan. “Bang, Bandung hebat ya,” kata saya. “Alun-alunnya pake karpet dan rumput sintetis.”

Kang penjual cuangky tidak menjawab. Dia sibuk mengaduk-ngaduk panci bulat. Asap panas menguap ke udara, mendinginkan dirinya.

“Kalo mau masuk ke sana, repot. Sandalnya kudu di cangking,” ujar saya lagi.

“Ah. He’eh.” Kata Lelaki penjual cuangky sambil mengulurkan mangkuk. Cuangky saya sudah siap.

Saya bertanya, “Sabraha, Bang?” --berapa, Bang? Saya, sedikit-sedikit ngerti bahasa sunda.

“Hah?”

Mungkin dia tidak dengar. Saya mengulanginya. “Sabraha, Bang?”

“Stop. Saya bukan orang Bandung. Jadi jangan ngetes melulu.”

“ Loh?” Saya sedikit kecewa. Berarti cuangky yang akan saya makan ini adalah cuangky gadungan? Astaga. Saya menatap Lelaki itu, yang jika diamati dengan seksama, mukanya mirip kartun.

Karena mukanya lucu, kekecewaan saya akhirnya berakhir.

“Cewe Bandung kok bisa cakep-cakep gitu ya, Bang?” kata saya mencoba sekali lagi menjalin keakraban.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline