Lihat ke Halaman Asli

Andi Wi

TERVERIFIKASI

Hai, salam!

[HORORKOPLAK] Tersesat di Kampung Gubuk Derita

Diperbarui: 7 Januari 2017   20:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: wartakota.tribunnews.com

Ini adalah cerita horor. Kurasa begitu...

Aku, umurku tujuh tahun ketika itu. Bertubuh kecil dan sering diabaikan oleh orang dewasa. Baiklah, seluruh anak di dunia ini mengalami nasib yang sama. Namun, untuk alasan yang berbeda, aku sangat tidak suka dunia anak-anak. Lagi pula, cita-citaku kan hanya ingin menjadi seperti Em, kakakku. Betul. Cita-citaku memang ingin menjadi orang dewasa.

Menjadi dewasa itu seenak menyentuh air hujan dari pada memandanginya lewat jendela. Dan menjadi dewasa, bisa pula diartikan sebagai kebebasan mengecat rambut dengan warna favoritmu. Em, mewarnai rambutnya dengan warna putih. Kurasa ia menyukai warna putih. Seperti Ayah. Betapa gagah mereka berdua saat sedang duduk berbagi bangku dan ngopi bersama.

Em selusin lebih tua dariku. Berhentilah menghitung. Umurnya dua belas tahun ditambah tujuh tahun. Tahun lalu adalah tahun pertama Em masuk kuliah. Ketika kutanya, “Kuliah itu apa, Em?” Maka dari nada bicaranya yang pemalas akan menegaskan seperti yang kau lakukan setiap pagi, Caius! Jawabannya selalu begitu.

“Sekolah?”

“Ya itu dia,” katanya.

Kurasa tidak. Karena mungkin saja Em memang malas menjelaskannya padaku, karena mengetahui dirinya adalah orang dewasa yang suka mengabaikan anak kecil.

Setiap pagi ketika aku berangkat sekolah, aku selalu mendapati dirinya masih berada di dalam kamar dalam keadaan selimutan. Aku pernah berusaha membangunkannya dengan mengoyang-goyangkan kepalanya seperti mengecek isi celenganku, tapi tindakan itu malah membuatnya marah hingga ia mengusirku. “Sana, sana. Wush!”

“Em, ayo bangun! Kita bisa terlambat,” kataku sambil menggoyang-goyangkan kepalanya kembali.

Em membuka mata hingga ia mampu berteriak, “Ibu! Ibu! Putra kesayanganmu menggangguku! Apa aku harus mengingit telinganya?”

Biasanya, tak lama setelah itu, Ibu akan masuk ke dalam kamar lalu menarikku keluar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline