Ilustrasi/Kompas.com
Ibu memperkenalkanmu padaku.
"Ini, calon istrimu, Nak" kata ibu bisik-bisik.
"Itu, calon mantu, Ibu," balasku berkedip.
Perempuan itu:
Wajahnya secantik bunga yang baru dipetik.
Senyumnya semanis kembang gula, yang ingin keluar dari bungkus plastik.
Lakunya sangat taat, lebih taat ia, barangkali, dari anjuran sholat.
Apalagi, ya. Oia, kata-katanya juga bijak. Tentu, lebih bijak dari kepala dan rambutku.
Pilihan ibu memang seperti pilihan Tuhan.
Sebab, memilihmu sama seperti ijabah doa ibu.
Diaminkan dan cepat diamankan.
Aku masih tertegun, dan terbangun.
"Anakku ayoo sahuur!"
Di meja makan. Aku kepedesan,
"Bu, sambalnya pedes amat," protesku.
"Cukup anakku. Cukup!"
_____
13 July 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H