Lihat ke Halaman Asli

Andi Wi

TERVERIFIKASI

Hai, salam!

Sajak: untuk, Nun

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1426266139247165146

[caption id="attachment_372943" align="aligncenter" width="316" caption="pixabay.com/id/photos"][/caption]

*

:untuk, Nun

Jika saja ada cara yang begitu elegan
untuk mengingat kesedihan.
Saya pikir: sebuah sajak
yang dibuat, dan disulam
dengan mengenang kebahagian
adalah jawaban

namun, saya tahu, elegan bukan caramu hidup.
Dan, caramu mencintai
Kamu lebih sederhana
dari hujan tanpa airmata
kemarau tanpa risau
dan pergi, tanpa mau tengok kembali.

Ada yang lebih rapi. Ketika kamu melipat-lipat
jari-jari
nampak malu,
"Iya, aku mau," katamu yang masih malu-malu.
Pipi-pipimu berubah merah jambu.
Aku melihatmu...

kita sepakat. Mengikat cinta
laiknya kepiting terjerat jala
tak bisa kemana-mana.

"Satu waktu, ketika nelayan yang
bertindak sebagai Tuhan
melepaskan jeratan,
kita," katamu tersedu,
"kamu tak perlu cemas.
Sebab, Nelayan selalu bertugas
menjala
tanpa kenal pilih tangkapannya."

Nun, dalam sajak ini. Ada yang
mau saya katakan
bukan. Tapi, saya tanyakan:
apa sang Nelayan begitu sibuk?
hingga lupa menjala, saya?

Tahu, Nun!
aku kesepian
laiknya imam, tanpa makmum.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline