feliciakolonica.blogspot.com
*
Inikah kita, sayang.
hidup bersenggama dalam ruang
bercanda, menangis berulang-ulang.
Kesedihan umpama ganjaran. Setelah kita selesaikan ganjaran tersebut
Tuhan hadiahi kita sebuah kado Kebahagian.
Dan lalu, sayang. Saat aku bersamamu, kesepian akan menemui ketakutannya.
Kitalah hantu bagi mereka.
bawa aku lari kemanapun kamu pergi. Karena aku setia.
Kemanapun, aku mau turut bersamamu. Gandeng tanganku. Aku mau ikut.
katamu, takdir bisa kita buat sendiri, aku yakini itu. Barangkali hanya itu yang bisa kuyakini.
Bawa aku ke tempat yang paling sering kamu kunjungi
makanan yang kamu sukai
lagu yang selalu kamu putar. Lalu, kenalkan aku pada orang tuamu. Bujuk, supaya mereka mau menerimaku.
Sayang, cintaku memang egois! takdir harus patuh padaku.
Tidak hanya itu sayang!
cintaku juga disiplin pada Tuhan. Makanya Tuhan kurayu, biar takdir bersamamu (yang kumau)
tidak sesulit mereka yang kurang berdoa.
Cintaku padamu, sayang
bukan seperti lagu tekdung tralalala
berhenti ketika rampung sang nada. Tapi, seumpama setia mengapa dicipta.
Samarinda, 22 Maret 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H