[caption id="attachment_373858" align="aligncenter" width="540" caption="karyasastrakuyona.blogspot.com"][/caption]
*
aku jadi tak benar-benar salah
rindu ialah kamu
yang kerap pindah
sebelum tanpa pertanda
kamu itu rindu
yang pindah dari dada ke mata
dari yang membuncah
jadi airmata; tanpa (sama sekali) mampu kucegah
aku bisa sangat galau
pada rindu yang terlampau
pada lebih yang melebihi
penantian seakan harga mati
barangkali, bernegosiasi pada
kesetiaan adalah jalan kesepian.
Aku memilih sepi sebagai teman
sebab, bagimu tahu, teman tidak
akan tinggalkan teman, saat berkabung. Pun ketika
perih sedang mengandung
kamu itu rindu
tuan yang sedari dulu, aku tunggu.
Rindu yang mengiyakan
barang Tuhan yang paham: rindu itu tuan
yang sudah kuanggap sebagai teman.
*) Saat malam, dikuliti penantian
Samarinda, 18 Maret 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H