Semenjak 4 (empat) tahun berkelana mengitari Tanah Pasundan; lebih tepatnya di Bogor, belum pernah kami menemukan Bakmi Jogja yang rasanya pas di lidah. Ya, saya lahir dan besar selama 24 tahun di Jogja, penikmat Bakmi Jogja. Bakmi "godog" Jogja ya Bukan Bakmi Jawa. Godog (basa Jawa) alias rebus. Mengapa kedua jenis bakmi tersebut berbeda? Sering saya temukan spanduk-spanduk yang terpasang di rumah makan maupun warung tenda adalah Bakmi Jawa Jogja. Tapi ternyata kuahnya cokelat manis seperti magelangan. Nah kalau bakmi godog Jogja, kuahnya unik dan istimewa, sebab dibuat dari kaldu ayam kampung.
Sejak awal tahun 2018, baru kami temukan Bakmi Jogja yang pas mantab di lidah. Tak lain tak bukan adalah favorit kami Bakmi Jogja pak Hardi. Belum afdol rasanya jika dalam sebulan ya 2-4 x kami tidak kesana. Pernah di suatu waktu Pak Hardi tutup selama 2 (dua) minggu.. Mengapa? Karena beliau musti pulang kampung menemui keluarganya di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Oh ya soal Lokasi Bakmi Pak Hardi tidak perlu khawatir, gampang ditempuhdan dicari. Lokasinya di Jalan Raya Semplak, dari arah Kota Bogor sekitar lurus 100 meter dari perempatan Yasmin setelah McD Semplak sebelah kanan. Jika dari arah Salabenda/Atang Sanjaya berarti 100 meter sebelum perempatan Mcd Semplak di kiri jalan. Lebih tepatnya dapat diakses di sini: https://g.co/kgs/FPXezq.
Bakmi Jogja ini tertulis di spanduk dengan nama Bakmi Jawa Barokah Khas Jogja. Pemiliknya bernama Pak Hardi, sehingga saya singkat menjadi Bakmi Jogja Pak Hardi. Lokasinya strategis, mudah dijangkau. Tempatnya muat sekitar 5 bangku panjang...rata-rata per bangku bisa untuk 5-6 orang, sehingga dpat menampung 25-30 orang untuk makan di tempat. Tidak sedikit juga yang memilih "drive thru" alias bungkus. He he
Selain bakmi Godog warung ini juga menjual bakmi goreng, nasi goreng, nasi godog, dan magelangan. Sekali lagi yang paling "recommended" menurut saya tetap Bakmi Godog. Kenapa? Kuahnya nikmat berwarna kuning gurih, kaldu terasa, rempahnya kuat, ditambah potongan ayam kampung di atasnya.
Pak Hardi bercerita bahwa beliau lebih memilih tutup warungnya pada hari itu jika tidak mendapat stock ayam kampung. Mengapa? Karena mempertahankan kualitas rasa. Jika diganti dengan ayam lain, rasanya sudah pasti beda. Namun beliau selalu mengusahakan buka tiap hari mulai siang sekitar pukul 12 siang sampai jam 11 malam. Tidak perlu bayar mahal untuk seporsi bakmi godog ini. Mau pulang, hati riang, dompet senang. Makanan senikmat ini cukup dengan RP 18k (delapan belas ribu) saja. Semoga info ini bermanfaat khususnya bagi lidah-lidah Jogja yang tinggal di sekitaran Bogor. So, Anda siap mencoba? :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H