Liburan kali ini menjadi hal yang istimewa, gimana tidak sejak jatuh cinta pada pandangan pertama, itu seakan membuat aku selalu terbawa harapan padanya, agar kelak bisa jumpa lagi, keindahannya keelokannya seakan mampu merontokkan keluh dan kesah ini, menghilangkan gundah dan galau ini……
Hemmmm…..itulah kisah romantika saya dengan PULAU KODINGARENG, yang kali kedua ini Allah SWT, menakdirkan saya tuk bersua kembali, moment liburan hari paska tgl 6 April sampai ahad tgl 8 menjadi moment indah. Setelah mematangkan persiapan hari yang dinanti-nanti pun tiba, dengan menyewa mobil angkut alias pete-pete dengan biaya 40 ribu rupiah,akhirnya menghantar kami menuju pelabuhan kayu bangkoa, pelabuhan ini terletak dipinggiran kota Makassar jajaran losari diapit dengan Makassar Golden Hotel dan Hotel Pantai Gapura, hari ini kami star lebih awal berhubung karena hari jumat jadi jadwal kapal dimajukan ke pukul 10.00, yang biasanya pada hari biasa pada jam 11.00.
Pelabuhan kayu bangkoa merupakan pelabuhan yang super padat karena ia merupakan pelabuhan kapal dengan tujuan pulau-pulau luar Makassar, diantaranya pulau samalona kodingareng keke, barang lompo, barang caddi, yang masingmasing pulau memiliki nilai tawar tersendiri sehingga ia pun menjadi destinasi wisata tersendiri di kota Makassar, maka wajar kalau pelabuhan kayu bangkoa ramai, dalam sejarahnya kata kayu bangkoa diambil dari bahasa Makassar yang artinya kayu bakau, yang konon katanya dulu pelabuhan ini dijadikan pusat pelabuhan kayu-kayu bakau…(heheheh info ini saya dapat dari teman-teman kompasiana Makassar saat road show Film N5M)
Tak lama kemudian kapal pelan-pelan meninggalkan kota Makassar, kembali menyuguhkan pemandangan Indah view kota Makassar dari laut, deretan gedung-gedung tinggi serta anjungan losari seakan mengokohkan Makassar menuju kota dunia…Amieeennn..
Oh iya untuk ongkos perahu kita dikenakan biaya 10.000 rupiah, ini adalah tarif yang berlaku untuk semua penumpang, perjalananditempuh kurang lebih dari 1 jam, perahu tumpangan ini lumayan besar, dapt memuat sampai 100 orang plus dengan barang-barang penumpang.
Saya bersama empat teman laki-laki memilih tempat duduk di buritan kapal, sedangkan akhwatnya lebih memilih duduk di deretan kursi berbaur dengan penumpang lainnya, untuk penumpang yang tidak mendaptkan tempat duduk menggelar tikar disela-sela tempat duduk bahkan ada yang tidur-tiduran
Perjalanan ini kami tempuh satu jam denga suasana laut yang tenang serta langit yang cerah, ditemani dengan buku bacaan serta cemilan, seakan perjalanan itu menjadi singkat.
Tiba dipelabuhan pulau kodingareng kami langsung kepenginapan, sebuah vila yang bakalan menjajdi base camp kami selama disini, , rumah yang dicat kuning dengan desain rumah panggung, menjadi cirri khasnya dengan posisi menghadap ke laut, dimana disisi kiri dan kanannya di design untuk tempat makan dengan jejeran kursi dan meja.
Pulau Kodingareng Lompo berada di Kelurahan Kodingareng, Kecamatan Ujung Tanah, yang berjarak kurang lebih 15 km dari Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.
Bentuknya pulau ini memanjang dari Utara ke Selatan, pada sisi Selatan tedapat dataran yang memanjang menjorok keluar (spit), pulau ini mempunyai luas 14 Ha. Pada perairan sebelah Timur, Utara dan Selatan memiliki kedalaman diatas 20 m dengan jarak antara ± 0,2 mil dari pantai, sedangkan perairan disebelah Barat pada jarak ± 4,5 mil dari pantai mempunyai kedalaman 20 m.
Rombongan disambut dengan hidangan makan siang, yang telah tersaji rapi diatas meja bundar di samping rumah, santapan siang sungguh menggoda perut yang keroncongan, denganramah empunya menawarkan makan, “makan dulu dek sebelum sholat jumat” tanpa basa-basi kami segera menuju meja makan.
Karena hari jumat jadi kami tidak berlama-lama dirumah setelah makan dan membereskan tas dikamar kami bergegas menuju mesjid yang kurang lebih dengan jarak setengah kilo denga berjalan kaki, sungguh menakjubkan ditengah pulau ini sebuah mesjid yang dibangun dengan megah dan memiliki 2 lantai dengan luas kurang lebih 20X30 meter, dari interiornya kelihatanm mesjid ini dalam tahap renovasi, dengan mimbar kayu ukir dan jam duduk ukir yang megah turut menghiasi mesjid tersebut.
Ada hal yang luar biasa lagi dipulau ini , saya heran menyaksikan jumlah jamaah mesjid yang banyak dalam sholat 5 waktunya, yang selama ini belum pernah saya saksikan. Dengan ukuran mesjid yang besar, jamaah sholat 5 waktu mencapai 5-6 shaf, sebagai mahasiswa di kota Makassar hal yang demikian ini belumlah pernah saya lihat di mesjid-mesjid meskipun itu mesjid besar dan dingah pemukiman, sungguh luar biasa, padahal di pulau ini ad 2 mesjid yang difungsikan sholat jumat dan sholat 5 waktu.
Dengan rasa penasaran sayapun mengamati kira-kira factor apa yang menjadi penyebabnya sehingga tingginya kesadaran masayarakat untuk sholat jamaah, ternyata ini buah dari kerja keras dakwah teman-teman dari jamaah tabligh, yang rela berkeliling kampong setiap malamnya mengajak masyarakat untuk sholat di mesjid, sekedar mengingatkan jamaah Tabligh adalah sebuah organisasi Islam yang konsen menyeruh kepada yang ma’ruf, meskipun juga sering dicela oleh masyarakat karena ia bermukim di mesjid dan dianggap mengotori mesjid, namun lepas dari itu kelebihan dan kekurangannya sungguh ia bagian dari kelompok Islam yang tetap kita harapkan kiprahnya saat ini, di tengah tingkah acuh masyarakatdengan kehidupan masyarakat disekelilingnya, dengan prinsip masa bodoh dengan saudaranya.
bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H