Koperasi kredit (kopdit) atau Credit Union (CU) menghadapi tantangan berat ditengah dominasi homoeconomicus milenialis yang berkarakter dinamis dan progresif.
Ancaman yang datang dari kemajuan teknologi menuntut keseimbangan kecepatan, efektivitas dan kualitas. Salah satu bentuk tantangan itu ialah mempertahankan esensi gerakan CU ditengah upaya menjaga eksistensi.
CU merupakan gerakan masyarakat yang dilandasi kepercayaan dan kesepakatan untuk menciptakan kesejahteraan secara mandiri. Pendidikan yang membebaskan ditempatkan sebagai pilar utama gerakan CU. Upaya ini menumbuhkan kesadaran bahwa kesejahteraan bersama (common goods) itu hanya dapat diupayakan dan diciptakan sendiri.
Misi suci inilah yang mesti dipertahankan gerakan CU sembari menjawab tantangan perubahan teknologi. Membumikan diri dengan generasi milenial berarti bersikap dinamis dan progresif terhadap kebutuhan-kebutuhan mereka. Misalnya, produk-produk layanan keuangan atau kegiatan transaksional terfasilitasi secara online.
Terbukti, jasa layanan keuangan yang disediakan Amazon, Gopay dan Paypal, Google dan Apple lebih disukai kaum milenial. Sebagian besar meyakini peran lembaga-lembaga keuangan konvensional akan mengalami pergeseran dengan hadirnya usaha-usaha rintisan baru (startups). Teknologi dan inovasi-inovasi baru menjadi dewa pencabut nyawa model pelayanan keuangan tradisional oleh CU apabila terlambat berbenah atau salah kaprah dalam merespon kondisi tersebut.
Generasi milenial membentuk masyarakat virtual. Mereka terkoneksi satu sama lain, termasuk dengan layanan-layanan keuangan. Hal itu karena teknologi sudah menjadi bagian kehidupan dan merasuk ke sum-sum dalam rutinitas kebanyakan individu.
Pada titik inilah CU harusnya merespon tantangan menjaga eksistensi dengan mempertahankan jati dirinya. Tidak sekadar melakukan penyesuaian terhadap kebutuhan transaksional yang efisien, tetapi penting untuk memfasilitasi pendidikan menjadi lebih efisien.
CU perlu berkaca dari pelaksanaan pendidikan di lapangan yang dinilai kurang efektif. Bagian-bagian itulah yang perlu dievaluasi agar dapat berinovasi.
Menurut Wahono etal (2014), pendidikan CU dikelompokkan berdasar bentuk dan pendekatan serta tujuannya. Berdasarkan bentuk dan pendekatannya, pendidikan CU dibedakan menjadi pendidikan klasikal dan non-klasikal.
Pendidikan klasikal biasanya memerlukan waktu khusus dengan alokasi 3-4 untuk sosialisasi, 16 jam pendidikan dasar, dan 8 jam pendidikan lanjutan. Pendidikan untuk anak-anak dilakukan pendekatan dengan permainan atau cerita yang relevan dengan nilai-nilai solidaritas, kepedulian dan kecintaan lingkungan, serta menghargai orang lain dan kehidupan ekonomi.
Selain itu, dilakukan juga Pendidikan yang sifatnya non-klasikal secara berkesinambungan melalui diskusi, media cetak (brosur, poster, kaos) dan penyebaran informasi tentang CU. Sementara berdasarkan tujuannya, Pendidikan CU dibedakan menjadi pendidikan motivasional calon anggota, pendidikan dasar dan Pendidikan lanjutan bagi anggota.