Hidup adalah tentang SENI menikmati setiap peristiwa. Bagi masyarakat kota, hidup identik dengan bekerja, individualis, kecanggihan dan modernitas. Sementara itu, bergotong royong, kerja bakti, saling membantu sesama adalah hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat pedesaan.
Hampir-hampir tak ada jarak yang memisahkan antar manusia, dan hampir semua kenal. Di desa, keluarga tidak hanya adik, kakak, dan ayah-ibu. Tetangga dekat maupun jauh yang siap membantu dan mengasuh, tidak ada bedanya dengan saudara. Disini setiap hari terjadi silaturahmi.
Desa adalah bagian wilayah dari sebuah kabupaten, memiliki otonomi penuh, dapat membangun kemampuan sumber daya ekonomi dan keuangannya dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi desa dan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Desa sebagai pemerintahan tingkat terendah yang dapat menyentuh langsung dengan masyarakat diharapkan lebih berperan mensejahterakan warganya.
Bicara tentang desa, saya tertarik mengulas prestasi sebuah daerah yang jauh dari tempat tinggal saya di Bogor. Setiap perjalanan pasti menyimpan sebuah cerita.
Tempat itu adalah Desa Paccekke, sebuah desa yang jauh dari hingar bingar keramaian namun banyak pelajaran hidup yang dapat dipetik disana. Desa Paccekke terbagi atas dua Dusun yaitu Dusun Paccekke dan Dusun Kading. Pesona alam pegunungan Desa Paccekke, Kecamatan Soppeng Riaja, Kabupaten Barru terus mencuri perhatian saya.
Ketika menginjakkan kaki pertama kalinya, desa di Provinsi Sulawesi Selatan ini cukup membuat terkejut. Menurut saya, inilah salah satu daerah yang optimal menggunakan anggaran dana desanya.
Di sana ada embung yang dinobatkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia sebagai yang terbaik di Indonesia pada tahun 2019.
Kehadiran Embung Desa Paccekke berasal dari kesepakatan antara pemerintah desa dengan warga melalui musyawarah desa. Embung yang dibangun tahun 2018 adalah ini contoh nyata betapa warga disini tidak menyia-nyiakan anggaran negara yang mengalir ke desa mereka.
Hebatnya lagi, embung tersebut kini menjadi salah satu penyuplai air bagi areal persawahan yang sangat dominan mempengaruhi kehidupan warganya.
Saat ini embung inipun telah menjadi objek wisata air yang menjanjikan. Hal ini tercermin dari ramainya pengunjung ke desa di wilayah Kabupaten Barru untuk sekedar berakhir melepas lelah.
Satu potensi pariwisata yang tersimpan ini perlu diekspose lebih luas lagi, sekaligus untuk mendorong daerah lain melakukannya. Embung tidak hanya dipandang dalam satu fungsi pengairan, tetapi dapat untuk yang lain.