Lihat ke Halaman Asli

Andi Samsu Rijal

Dosen/ Writer

Kue Barongko Khas Bugis yang Selalu Bikin Nagih

Diperbarui: 28 Desember 2024   16:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kue Barongko, dokumentasi penulis 

Kue Barongko Khas Bugis yang Selalu Bikin Nagih

Andi Samsu Rijal

Kue Barongko dikenal dengan  kue pisang kepo khas Sulawesi Selatan khususnya bagi suku Bugis dan Makassar. Barongko sendiri dalam bahasa Bugis berarti barangku mua udoko (barangku sendiri yang kubungkus, dan dari bahasa Makassar berarti barangku kuroko (barangku sendiri kubungkus). Makna dari barangku sendiri kubungku yakni kue pisang yang dibungkus dengan pisang. Dalam artian kue dari pisang dan kemudian dibungkus pula dengan daun pisang sendiri. 

Kue ini memiliki bahan dasar pisang kepo yang matang alias menguning. Kemudian pisang tersebut dihaluskan bersama dengan adonan, bahan dapur lainnya seperti telur, santan, gula dan garam. Setelah bahan kue selesai dibungkus rapi dengan cetakan sesuai ukuran, selanjutnya kue tersebut dikukus hingga siap saji. Kue ini dapat dimakan saat hangat atau pun dalam kondisi dingin alias dari freezer.

Beberapa literatur menyebutkan bahwa atas kelimpahan pisang di zaman dahulu sehingga terciptalah kue Barongko ini. Dilansir dari wikipedia bahwa kue Barongko pertamakali hanya disajikan pada upacara kerajaan di tanah Bugis. Barongko adalah makanan kesukaan para raja-raja dan tamu kerajaan. Pada upacara kebesaran kerajaan Bugis seringkali disajikan kue Barongko dan dianggap sebagai pelayanan istimewa lantaran sangat mudah dicerna untuk semua level umur. Biasanya kue pisang ini sangat nyaman bila dimakan hangat dan disajikan saat berkumpul bersama keluarga atau saat bergotong royong. 

Seiring perkembangannya, kue Barongko tersebar luas di masyarakat Sulawesi Selatan, dan hingga kini telah menjadi warisan budaya nusantara. Sebab selain rasanya juga karena memiliki makna sangat filosofis dari penjelasan masyarakat Bugis. Beberapa makna yang bisa dihimpun antara lain mengajarkan kita tentang kesederhanaan, kesehatan (baik pencernaan maupun wadah), kebersamaan atas pengerjaan dan konsep makan bersama, serta mengajarkan kita untuk tidak boros sebab kue Barongko dibungkus dengan daun pisang sendiri yang tak perlu menggunakan wadah lain.

Kue pisang yang satu ini mengajarkan beberapa prinsip hidup. Salah satunya adalah kerjasama yang baik dan kebersamaan. Sebab proses pembuatannya cukup membutuhkan banyak tenaga bila dalam acara tertentu akan disajikan segera. Olehnya itu dibutuhkan kerjasama yang baik antar individu bila dikerjakan bersama mulai dari penyediaan pisang, daun pisang, mengaduk pisang (menggiling hingga halus), mencampurkan dengan adonan, membungkus, mengukus, hingga penyajian. Prinsip selanjutnya adalah mengajarkan hal kejujuran, sebab jika salah satu anggota keluarga menyiapkan pisang selain pisang kepo yang masak maka hasilnya akan kecut.

Prinsip lainnya adalah dalam pengerjaan daun yang harus dipilah dengan baik jika tidak maka daun pisang akan sobek. Demikian prinsip hidup masyarakat Bugis yang terkadang tertuang dalam penyajian kuenya yakni sengeka golla usengeki kaluku (berarti bahwa kenanglah aku dengan hal manis (hal baik) maka aku akan mengenangmu pula dengan hal gurih (hal baik pula). Konsep ini ppula terdapat dalam penyajian kue Barongko di mana setiap tetamu yang berkunjung ke tanah Bugis akan disajikan kue yang manis-manis. Kue ini sekali coba akan bikin ketagihan, apalagi jika diolah dengan baik oleh ahlinya sehingga terdapat perpaduan rasa yang pas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline