Memaknai Maulid Nabi Muhammad sebagai Syiar Islam
Peringatan hari kelahiran nabi Islam Muhammad SAW jatuh pada hari Senin tanggal 16 September 2024. Hari kelahiran nabi Muhammad SAW tersebut dimaknai sebagai bentuk dakwah dan syiar Islam. Mayoritas umat muslim, khususnya di Indonesia merayakan hari kelahiran nabi sebagai bentuk upaya mengingat, memuliakan kelahiran Rasulullah dan bahkan untuk meneladaninya. Beberapa literatur menyebutkan bahwa awal-awal perayaan nabi dilakukan dengan membaca bersama ayat-ayat Al-Qur'an, membaca riwayat nabi, perjuangan beliau dan dilanjutkan dengan bershalawat, hingga ceramah agama.
Berangkat dari tradisi syiar islam tersebut atas kelahiran baginda Rasulullah Nabi Muhammad SAW, maka hampir seluruh umat muslim di dunia melanjutkan dengan cara yang beragam. Ada beberapa kelompok yang hanya sekedar mendakwahkan seperti apa keteladanan nabi, ada pula yang hanya sekedar membaca ayat-ayat Al-Qur'an, bahkan ada pula yang memaknainya dengan cara yang unik. Seperti beberapa kelompok masyarakat muslim Nahdlatul Ulama (NU) "mewajibkan" mentradisikan perayaan nabi tersebut dengan "Maulid Nabi Muhammad SAW" setiap tahunnya. Atas perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW tersebut yang dilakukan oleh kelompok masyarakat islam NU kemudian menjadi kontroversi dari kelompok islam lainnya. Mereka beranggapan bahwa kegiatan serupa tidak pernah digelar oleh nabi kita sehingga apa yang tidak pernah dilakukan oleh nabi kita maka hal tersebut bid'ah.
Pada dasarnya di masa hidup nabi Muhammad SAW tersebut, ia sendiri tidak pernah merayakan dengan seperti yang dilakukan oleh kelompok islam NU atau dikenal dengan kelompok islam tradisional tersebut. Memang tidak pernah dilakukan oleh nabi itu sendiri dan bahkan tidak pernah ia anjurkan kepada kaumnya. Sebagai orang yang memiliki pengaruh besar atas syiar islam di dunia khususnya di Indonesia, maka apa salahnya kegiatan dengan perayaan atas kelahiran sang pemimpinnya dirayakan? Banyak yang bereuforia. Bahkan eforia Kelompok masyarakat islam NU dengan cara membumikan tradisi islam nusantara seperti adakan kegiatan barzanji bersama di masjid, di majelis, di kantor, di mana saja. Ada pula yang dengan cara merayakan makan bersama, perlombaan ceramah, perlombaan menghias telur, hingga perlombaan lainnya yang bersentuhan dengan keagamaan.Perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW tersebut dimaknai sebagai bentuk syiar islam dan bentuk sosial keagamaan, syukuran, dan sebagainya.
"Para ulama menafsirkan hadis nabi bahwa "perbuatan yang belum pernah dilakukan oleh nabi maka hal tersebut bid'ah" dan barangsiapa yang melakukan perbuatan bid'ah maka ia akan dimasukkan di neraka. Hadis tersebut menurut ulama bahwa hal yang berkaitan dengan agama lah yang dianggap bid'ah bukan hal duniawi. Sementara perayaan kelahiran nabi adalah adalah hal duniawi, syiar, bukan merupakan praktek keagamaan (islam)".
Apa yang sebenarnya dilakukan oleh kelompok islam NU adalah bentuk syiar dan menjadi penyemangat bagi generasinya. Bahkan syiar, dan perayaan, majelis, kumpul-kumpul dapat pula dimaknai berbeda yakni kegiatan untuk membumikan tradisi islam nusantara. Di masa dulu pun, kegiatan syiar islam dianggap sebagai kegiatan politis, memancing orang yang belum paham tetangga agama islam agar lebih paham, hingga mengajak mereka masuk islam. Olehnya itu, kegiatan syiar islam tidak ada persoalan untuk diterapkan di era saat ini, agar islam yang kita pahami tidak kaku, tidak hanya ibadah ketuhanan semata tetapi juga berkegiatan sosial, makan bersama, bertemu dengan warga dan saling berbagi makanan, bersosialisasi dengan tetangga, warga pesantren menjadikan hal tersebut sebagai ajang aktualisasi diri dengan masyarakat, sebaliknya warga masyarakat umum yang non pesantren dapat memperoleh manfaat atas perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW tersebut.
Banyak hikmah dan manfaat atas syiar islam satu ini. Keimanan kita akan semakin bertambah, keteladanan kita kepada baginda Nabi Muhammad SAW akan bertambah pula, ukhuwah islamiyah kita juga demikian. Mari mengambil pelajaran dari kegiatan ini dan tidak mencela apa yang dilakukan oleh kelompok muslim NU. Sudah saatnya umat islam saling menghargai pandangan berbeda, dan tidak menjadikan kegiatan syiar yang dilakukan oleh kelompok muslim yang lainnya sebagai ajang perpecahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H