Lihat ke Halaman Asli

Andi Samsu Rijal

Peneliti Bahasa dan Budaya

Cinta dan Lisa

Diperbarui: 13 April 2024   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cinta selalu merasa hidup sendiri di dunia. Ayahnya tak mengakui kehadirannya padahal mukanya, posturnya, dan ciri-ciri lainnya mengikut pada lelaki bertubuh kekar itu. Semasa ibunya hidup pun tak mampu menjelaskan semuanya lantaran ia kasih bayi saat itu. Ibunya terlalu cepat beranjak dari bumi Tuhan. Ibunya juga meninggal dengan penuh penyesalan. Sebab entah lelaki yang mana yang berhasil membuai kandungannya. 

Hingga suatu ketika pak desa Belanga mengumpulkan semua lelaki yang pernah menyetubuhi ibunya Cinta. Kurang lebih 7 orang lelaki yang pernah dekat dengannya. Ia diberi kebebasan kepada pak desa, pak imam, tokoh masyarakat dan seluruh warga dusun Bungi desa Belanga. 

"Aku memilih Aco, ia yang paling sering di antara yang lainnya" demikian ia dengan berani melontarkan nama itu dihadapan semua orang. Mau bagaimana lagi, urat malunya sudah putus. Mungkin juga ia prediksi dirinya akan meninggal dengan cepat. Ia merasa ada yang menularinya penyakit aneh itu. Jika dipikir-pikir layaknya HIV AIDS.

Nampak muka Aco kemerahan. Ia semakin malu. Ia juga memikirkan istri sahnya di rumah. Anaknya 7 orang, entah dikemanakan jika betul pak desa memutuskan kalau ia adalah betul suami dari anak di dalam kandungan ibu malang itu. 

Memang ia sendiri tinggal di rumah besar yang kosong. Rumah panggung di sudut lapangan itu seakan dijadikan rumah singgah bagi laki-laki pemabuk. Ia tak kuasa menahan jeritan. Ia tak bisa teriak lantaran suara para lelaki yang menyanyi dan mabuk itu telah menenggelamkan suara yang lainnya. Demikian setiap malamnya hingga berbulan-bulan, hingga perempuan itu dipastikan hamil saat berangkat melakukan pemilihan kepala desa yang baru.

***

"Kamu harus kuat Cint!" Seru Lisa ke Cinta. 

Sejak ditinggal ibu, Cinta selalu merenungi nasibnya. Terkadang ia bertanya untuk apa aku dilahirkan di dunia ini? Apakah aku dijadikan contoh manusia yang buruk? Lalu kenapa juga Tuhan merestui lahirku ke dunia ini? Agama mengajarkan kita untuk tidak iri hati dengan keadaan seseorang, tetapi kenapa ada kesengajaan setiap orang yang sungguh jauh berbeda. 

"Kamu enak Lisa, bapak kamu ada dan nyata. Ibu kamu setiap saat bisa dipandangi, ia dipanggil ibu, sebaliknya Lisa dipanggil anak. Lihat diriku. Di kartu keluarga siapapun tak ada namaku. Ibuku sudah meninggal sejak aku masih umur 3 tahun. Lalu ayahku, entah siapa gerangan. Aku sedih melihat diriku Lisa". 

Cinta menepi di sudut sekolah. Ia memandangi hewan ternak di tanah lapang. Ibu sapi menyusui anaknya. Indukan ayam begitu menjaga anaknya dengan baik. Anjing-anjing itu rela jadi hewan galak demi melindungi anak-anak mereka. 

"Kamu Lisa, dan teman-teman yang lainnya begitu nikmat hidup kamu, lalu nikmat manalagi yang engkau dustakan Lisa! Lihat aku sungguh malang. Katanya pak Des aku ini anak bapak bertubuh kekar itu, wajahku sungguh mirip dengannya. Lalu kenapa ia tidak mengakuiku". 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline