Lihat ke Halaman Asli

Andi Samsu Rijal

Dosen/ Writer

DM

Diperbarui: 29 Desember 2023   10:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kue donat menjadi kesukaan anak-anak itu. Hanya kue donat yang nyaman dilambungnya untuk sekelas kue-kue ala modern. Mereka tak pernah sesekali jajan kue modern seperti brownies, roti panggang, atau kue-kue yang terpajang di toko kue. Lidahnya sudah terbiasa dengan lidah kampung atau karena keterbatasan uang jajan. Sehingga melirik kue pun mereka takut.

Hingga di sebuah pagi yang sunyi datanglah seorang bapak paruh baya menjajakan kue donat bikinan sendiri. Di box kue tersebut tertera ini bukan kue modern ini kue bikinan sendiri atau handmade istilah gaulnya. Ini pun kue terbuat dari kentang. Ibarat orang Rusia tidak makan tanpa kentang, ibarat anaka-anak yang doyan makan sat sayur maka ini salah satu alternatifnya. Begitu kampanye penjual donat keliling itu.

Mari jajan sehat, jadi anak sehat yang cerdas, jajan dengan kue yang higienis, yang ragu boleh dicoba secara gratis.

Anak-anak itu tak pernah sedikit pun tersentuh hatinya untuk jajan. Mereka masih trauma dengan jajan di salah satu toko kue di kota J itu. Pasalnya selepas jajan, mereka langsung muntahber alias muntah dan berak-berak. Peristiwa itu berlangsung berhari-hari, mereka pun demam bersaudara. Untung saja orang tuanya membawa faskes ke kota itu, sehingga ia bisa dengan mudah dilayani oleh nakes.

Setelah diperiksa oleh dokter dan mendapat perawatan selama sehari semalam, mereka tampak baik-baik saja. Diagnosa dokter pun sangat memuaskan bagi orang tuanya bahwasanya anak-anak tersebut tidak biasa jajan sehingga tubuhnya shock. Ini hanya persoalan alergi dalam tubuhnya jika mencicipi makanan yang baru masuk dalam tubuhnya. Tubuhnya sejak bayi hingga berumur 5 dan tiga tahun hanya makan rebus-rebusan. Mereka tidak pernah jajan, kalaupun jajan di toko hanya kacang kulit, sebab kacang kulit sering mereka dapati di rumahnya.

Ini juga menjadi persoalan bagi orang tua anak-anak itu yang terlalu memanjakan anaknya di era modern saat ini. Mereka baru sekali makan es krim itupun langsung sakit secara tiba-tiba, untung saja dokter bisa atasi segera sakitnya. Mereka tergiur makan es krim lantaran cerita-cerita teman-teman mereka di Paud Sekar bahwa ada es krim baru yang viral. Mixue namanya, es krim miami dan es tontong sudah ketinggalan kata temannya. Sehingga selepas gajian orang tuanya dan di hari ulang tahun mereka, itulah waktu yang pas untuk pertama kali jajan dan meminta hadiah.

***

Ini hari ketiga, penjual doant itu keliling berkali-kali di depan pavilium itu. Ia sengaja membunyikan musik iklan donatnya dengan nyaring. Bahkan ia sesekali berbicara menggunakan corong kalau saja apa yang ia jual merupakan jajanan sehat. Bahkan selalu memperagakan cara memetik kentang, mengupas kentang, mengolahnya hingga jadi donat. Ia pun selalu berupaya mampir ke penjual sayur, ke pedagang klontong untuk sekedar jajan minum atau permen sembari menawarkan donatnya. Demikian di warung makan dan di sekolah PAUD serta di TK. Ia selalu mampir dan bernyanyi. Terkadang ia pula sesekali membagikan donatnya kepada siapa saja yang kelaparan. Sehingga terkadang iklan di box donat tersebut sering tertera pemadam kelaparan sementara.

Memang penjual donat tersebut begitu gigih meyakinkan kepada orang-orang bahwa ia adalah salah satu orang tua yang ulet dan terampil membuat kue dengan kreasinya sendiri. Ia pun bercita-cita ingin menjadikan toko donat keliling tersebut sekelas KFC yang merupakan Francise dari Amerika itu. Terlihat dari akun Instagramnya ia tulis Donat Mahkota (DM). Ia adopsi kata DM dari Instagram yang saat ini viral. Sehingga dengan pencarian tagar DM selalu saja muncul beranda Donat Mahkota pada akun pengguna lainnya.

Ia terus berupaya memberi edukasi kepada masyarakat di sekitar rumahnuya bahwa sarapan satu buah donat sama halnya memakan sepotong roti daging seperti di negeri paman sam. Memakan sebiji donat original sama halnya mengkonsumsi sebiji pisang, ini bagi orang Indonesia. Menghabiskan sebiji donat itu samahalnya menutupi sarapan anak-anak. Ia terus mengkapanyekan jajan sehat baik secara semuka maupun di medsos yakni di Instagram dan di status WA.

Namun baru kali ini, ia mendapatkan anak-anak yang tak ingin jajan sekali pun dari jualannya. Ia sangat penasaran ada apa dengan kedua anak PAUD Sekar itu. Padahal teman-temannya sudah langganan tiap hari. Ia pun terus kembali di jam sekolah agar anak-anak itu terpancing untuk jajan. Bahkan pagi dan sore ia ke pavilium orang tua anak itu. Tepatnya di Gang Rejo ujung pinggir kali. Rumah yang tampak sepi di tengah kota J itu. Setiap paginya hanya dihubur oleh musik penjual donat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline