Lihat ke Halaman Asli

Andi Samsu Rijal

Peneliti Bahasa dan Budaya

Taman Prasejarah Sumpangbita, Mengantar Ingatan Masa Kehidupan Nenek Moyang Kita Dahulu

Diperbarui: 14 Desember 2023   22:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Taman Prasejarah Sumpangbita, dokumentasi penulis 

Berkunjung ke taman Prasejarah rasanya mengenang masa kehidupan nenek moyang kita dahulu.

Hari ini berkunjung ke taman Prasejarah Sumpangbita kabupaten Pangkep yang berlokasi di kecamatan Balocci, tak jauh dari kota Makassar hanya berkisar 60-80 menit dengan kendaraan roda empat atau roda dua dari Bandara internasional Sultan Hasanuddin Makassar. Tempat tersebut sangat asyik untuk melepas penat dari hiruk pikuk kota. Suasana yang asri, bersih dan sejuk cukup memanjakan diri kita yang akan healing. 

Di tempat ini disediakan layanan mushollah, toilet, gazebo di beberapa titik, spot foto, tempat camping, serta fasilitas lain seperti penyewaan tripod dan karpet.

Terakhir kali ke tempat ini di akhir tahun 2000 saat mengikuti penerimaan anggota baru TAEKWONDO TONASA II, sempat tiga kali berlari naik turun ke tangga seribu, diingatkan oleh pelatih agar tidak boleh menoleh ke kiri dan ke kanan (ke gazebo).

Tempat ini dianggap bersejarah karena gua-gua yang pernah menjadi tempat tinggal orang-orang dahulu. Terdapat beberapa tangga-tangga menuju ke gua-gua yang dimaksud. 

Tempat bersejarah ini seakan mengantar Ingatan di masa kehidupan nenek moyang kita dahulu. Terlihat gua-gua bersejarah dan tempat-tempat yang artistik dan klasik , serta tangga seribu. Bisa saja tempat-tempat tersebut merupakan tempat tinggal nenek moyang kita dahulu.

Hampir setiap hari, taman Prasejarah Sumpangbita ini dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara karena lokasi perbukitan serta menawarkan berbagai eksotis serta kisah kehidupan masyarakat Sulawesi di jaman dahulu. Selain tawaran edukasi, tempat ini banyak yang menjadikannya sebagai tempat rekreasi dengan membawa makanan, cemilan serta tenda-tenda. Lapangan yang luas dan pepohonan di sekitar taman sangat membuat para pengunjung untuk tetap bersantai ria. 

Adapun biaya karcis hanya lima ribu per orang dan biaya parkir pun hanya lima ribuan per kendaraan. Sehingga tidak membutuhkan banyak biaya untuk menikmati panorama alam serta mengulas sejarah masyarakat Sulawesi di jaman dahulu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline