Kau pernah menemukan diksi dalam sajak. Kata sifat itu kembali mencarimu di suatu pagi. Tak ada yang tahu, tak ada yang peduli. Ia menunggu mentari beranjak, tak menunggumu, lalu ia ikut beranjak dengan kata kerja.
Di persimpangan, ia melambai. Kakimu yang di sempadan jalan saat kau melewati tempat pemberhentian bus kota, ia menatap tak kosong, kita ini sama-sama pagi katanya pada kondektur bus, sebelum ia membuka pintu keluar, orang-orang saling berpapasan, hanya ditatatapannya kepadamu.
Huruf sajak hampir saja terjatuh ke trotoar, para pejalan kaki yang lain ikut membantu memungutnya.
Pengendara yang lain, tak ada yang peduli, mereka melaju, memburu pagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H