Aku meyakini bahwa persahabatan itu adalah kepercayaan, percaya bahwa itu ada karena untuk saling mengisi bukan saling mengintai, hubungan itu ada untuk saling menyayangi bukan saling menyaingi.
Aku juga menyayangkan adanya saling pengertian, agar selalu ada arti yang tersimpan dari setiap jalan yang dilalui. Seseorang di luar dari diri kita mengerti tentang jalan kita benar apa salah, terjal atau landai. Senang rasanya jika arah kita akan dipahami olehnya, sehingga ia bisa saja menanti dipuncak atau mendorong kita dari bawah, menopang ketika terjatuh, mengikuti langkah kita ketika itu benar, membelokkan langkah kita ketika itu salah, menemani beristirahat sejenak di persimpangan jalan, mendengar keluhan ketika itu berat.
Harapannya semua berbuah manis, kalau pun sebagian belum matang bisa disimpan. Harapannya semua jalan menuju ketuaan ada yang menemani agar apa yang diceritakan nanti kita sama-sama menertawainya.
Demikian sahabat jika ini diajak berjabat, bukan hanya butuh ketika ingin menjabat, lalu berjabat pun sudah, seakan-akan semua orang susah padahal semua itu sudah dilalui bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H