Lihat ke Halaman Asli

Andi Samsu Rijal

Peneliti Bahasa dan Budaya

Puisi: Menjenguk Kenangan

Diperbarui: 4 Juli 2023   10:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi penulis

Melewati jalan berliku, kiri kanan hutan, aku kembali menjenguk kenangan. Hutan di pinggir jalan sudah banyak yang berubah. Entah pohon-pohonnya masih mengakar, daun-daunnya masih diterima di tanah tempat ia tumbuh. Sebab biasanya hanya mengharapkan buah.

Aku tertidur di atas kursi di depan kelambu, pelita dengan sumbu masih seperti dulu, menyala menghantar hening di malam itu. 

Aku terbangun dari ketawa ketiwi atas pasangan ayam di pagi hari. Aku berkeliling tanpa arah yang pasti. Melihat lapangan tempat kami berlarian di masa kecil, bermain hujan. Di bawah langit biru, bermain layangan. Di sungai berenang menunggu air pasang. 

Hari ini aku tiba di peribaan, tua muda mata memandang. Mengitariku melihatku menelan perlahan. Air mata bercucuran. 

Tak ada yang ingin luka, tidak apa kehilangan. Tak ada yang ingin lupa, tidak apa kehilangan. Tak ada yang ingin murka, tidak apa kehilangan.

Esoknya aku kembali pulang, tua muda mata memandang. Kau jangan berubah, tidak apa kehilangan. Semua orang pernah muda, semua orang akan menua, tapi tak ada yang ingin kehilangan bara jiwa. Tapi tak ada yang ingin dilupakan tanpa jasa baik dan kenangan. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline