Setiap hari kita disibukkan dengan rutinitas yang tak pernah henti. Hampir di setiap rutinitas tersebut menggerakkan kita secara sadar dan bahkan alam bawah sadar pun ikut bekerja.
Pada akhirnya kita terkadang lupa untuk merekam hal-hal penting, hal-hal unik atau hal yang mengganjal di hati dan pikiran. Mungkin saja kita merekam peristiwa dengan kamera namun tidak menuliskannya. Padahal apa yang kita tuliskan akan dipahami oleh orang lain kemudian menjadi sesuatu yang bermakna.
Saya yakin bahwa dalam keseharian kita terkadang mendapatkan hal positif atau sebaliknya. Jika sesuatu yang kita jumpai adalah hal baik dan kita ceritakan ulang maka akan lebih bermakna kepada orang lain. Demikian jika hal buruk atau hal ganjil akan menjadi hal positif bila kita ceritakan kembali agar hal buruk dapat kita hindari atau tidak terulang.
Dalam sastra bahwa kejadian atau pengalaman dalam perjalanan kehidupan kita tersebut merupakan karya sastra. Dalam artian sesuatu yang dituliskan dalam bentuk cerita atau narasi akan menjadi bagian dari sastra *.
Budaya menuliskan kisah sendiri dalam kehidupan sehari-hari sangat lemah. Maka tak salah juga jika masyarakat kita merupakan masyarakat lemah dalam hal sastra atau literasi.
Pertemuan komunitas sangat dibutuhkan agar dapat saling memotivasi dapat saling berbagi. Barangkali apa yang orang lain tahu kita tidak tahu. Pertemuan komunitas literasi sangat dibutuhkan sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas literasi masyarakat yang dimulai dari kelompok kecil menjadi kelompok besar. Sehingga perlahan kita akan semakin berbudaya. Sebab dengan senantiasa menulis dapat meningkatkan kearifan kita sebagai mahluk sosial dan berbudaya.
****
Pada hari Sabtu tanggal 24 Juni ini, komunitas pencinta cerpen kompasiana menggelar even atau pertemuan kedua dalam rangka meningkatkan produktivitas literasi di dalam komunitas tersebut. Kegiatan tersebut dikolaborasikan dengan berbagai komunitas dan lembaga antara lain komunitas kompasianer Makassar "KAREBA", Kopaja, Cerpen Sastra dan juga Program Studi Sastra Inggris Universitas Islam Makassar yang digelar secara virtual. Tentu ajang ini bukan saling menggurui sebab dalam literasi dan bersastra bahwa pengalaman individu yang akan menjadi guru kita masing-masing. Pengalaman tersebut tidak terbatas pada ada tempat dan waktu melainkan apa yang kita isi dari dua aspek tersebut seperti halnya membaca, menulis, menulis, melakukan kesalahan-kesalahan, membaca dan menulis lagi lalu saling berbagi.
Terima kasih
Salam budaya