Maraknya toko buku yang tutup karena kolaps turut mengancam sendi-sendi kehidupan sebagian kelompok masyarakat yang bergelut dalam dunia perbukuan. Pemilik toko buku tentu merasa dilema melihat turunnya minat pembeli buku cetak dan maraknya pembajakan buku serta hadirnya pula buku digital.
Masyarakat yang biasanya jajan buku original terkadang merasa terpancing dengan buku bajakan yang sangat murah Sehingga mereka beralih dari buku original ke buku bajakan.
Demikian dengan hadirnya buku digital yang bisa disimpan di smartphone dan di laptop serta bisa dibaca kapan saja dan di mana saja membuat pencinta buku semakin beralih dari buku cetak ke buku digital. Situasi seperti ini membuat pemilik toko buku terpaksa gulung tikar.
Namun di balik tutupnya toko buku, tidak hanya pemilik yang ikut merasa kehilangan. Beberapa orang yang bergelut dengan perbukuan tentu merasa kehilangan seperti karyawan toko buku, kurir pengantaran buku, mitra toko buku lain seperti penerbit, penulis dan sebagainya.
Satu tempat kerja yang tutup di Indonesia banyak yang kehilangan pekerjaan dan harus mencari pekerjaan baru lagi. Sementara untuk bersaing dengan pekerja baru (fresh graduate) tidaklah muda.
Lalu bagaimana menyiasati tutupnya beberapa toko buku di kota besar? Beberapa langkah yang dilakukan oleh pegiat literasi jauh hari sebelum toko bukunya tutup antara lain mereka mendirikan komunitas literasi.
Komunitas literasi ini tentu bertujuan mendukung kelancaran perbukuan. Bukan hanya kelancaran jual beli buku di toko buku tersebut melainkan adanya inovasi dan nuansa keilmuan dalam kegiatan literasi di dalamnya. Komunitas literasi ini biasanya dibuka oleh pemilik toko buku yang dari awal merupakan pencinta buku dan literasi.
Lika liku dunia perbukuan seakan terjadi pasang surut. Terkadang di awal sangat menjajikan. lima tahun hingga 10 tahun atau fase kdua mulai menurun omsetnya.
Bukan hanya minat baca buku yang kurang tetapi perkembangan zaman. Baik karena adanya buku digital (e-book) maupun karena adanya saingan baru yang lebih menawarkan buku-buku murah. Belum lagi maraknya pembajakan buku original hingga menjual buku-buku jauh di bawah harga standar.
Hal ini sering kita dapatkan di market place tertentu. Sebab sangat mudah menjual buku bajakan dengan tidak berinteraksinya secara semuka antara penjual dan pembeli.