Akhir-akhir sering muncul di beranda media sosial saya terkait jasa pembuatan skripsi. Para joki tidak tanggung-tanggung mengiklankan jasa pembuatan skripsi mereka secara terbuka. Padahal yang namanya perjokian dilarang sebab merugikan generasi akademik kita. Demikian pula calon korban yang dalam hal ini mahasiswa akan dimanjakan jika tetap menggunakan jasa perjokian tersebut. Bisa saja ia selamat dari dosen pembimbing dan penguji hingga berhasil wisuda tetapi ia akan menderita di dunia kerja nantinya. Sebab tantangan di dunia kerja tentu tidak lagi menggunakan perjokian, dalam artian pekerjaan kita adalah tanggung jawab kita. Mungkin saja masuknya di dunia kerja dengan berbagai cara yang ditempuh, namun dalam proses pengerjaan sesuatu adalah sebuah proses pembelajaran yang tidak bisa diwakilkan oleh siapa pun.
Efek buruk dari perjokian tidak hanya berdampak dalam dunia kerja tetapi akan merusak citra proses akademik kita. Dalam perkuliahan ada sebuah integritas yang harus kita jaga. Ada proses transformasi pengetahuan dari dosen ke mahasiswa, ada proses layanan akademik yang harus dilalui. Perguruan tinggi adalah gerbong terakhir pendidikan kita di Indonesia agar mahasiswa belajar berbagai hal termasuk kemandirian dalam pengerjaan skripsi. Efek buruk pengerjaan skripsi melalui perjokian ilmiah adalah menjadikan kehidupan kita tidak terbebas dari beban yang akan terbawa hingga di masyarakat luas. Di mana lingkungan masyarakat merupakan universitas kehidupan. Di sana sarjana akan di lepas, akan beradaptasi dengan individu lainnya sebagai bagian dari masyarakat, di sana tak ada lagi dosen kita yang menegur jika kita salah. Olehnya itu pembelajaran yang didapatkan di universitas akan kita bawa ke masyarakat sebagai proses pembelajaran. Entah itu berimplikasi secara nyata dan secara langsung namun tentu apa yang telah kita dapatkan di universitas akan memberikan pelajaran berharga sebagai bekal kita bermasyarakat yang sesungguhnya.
Skripsi tidak bisa dianggap sederhana. Sebab pengerjaan skripsi adalah sebuah proses akademik yang mengajarkan mahasiswa untuk melihat sebuah permasalahan dan belajar memecahkannya dengan latar belakang keilmuan yang dimiliki. Demikian ketika di dunia kerja atau berada di lingkungan masyarakat maka kita tidak mudah menerka begitu saja sebuah permaslahan yang ada melainkan belajar melihat permasalahan dengan berbagai perspektif kemudian menelaahnya dengan bijak.
Sehingga dalam penyusunan skripsi tidak mesti menggunakan joki. Sebab joki skripsi belum tentu paham permasalahan kita, tentu mereka juga hanya sekedar menyusun data-data yang sudah ada namun tidak melakukan analisa mendalam. Joki hanya paham secara tekstual tapi belum tentu paham psikologi dosen pembimbing dan penguji. Joki skripsi bukanlah manusia super power pengetahuan yang paham semua disiplin ilmu, sehingga tidak mesti serta merta mempercayakan skripsi kita kepadanya. Skripsi adalah sebuah proses akademik yang mesti dilewati, meski saat ini sudah ada jalur lain misalnya publikasi paper dalam jurnal yang bereputasi dan dengan pengindeks tertentu namun hanya beberapa kampus yang menerapkannya. Itu pun dalam penyusunan paper ilmiah untuk publikasi pada jurnal bereputasi juga tetap melakukan penyusanan skrip, pengumpulan data dan analisa serta penyajian lalu ujian skripsi.
Dalam proses pengerjaan skripsi bahwa mahasiswa yang bersangkutan tinggal butuh bimbingan dari dosen pembimbing dan butuh proses kesabaran dalam menulis skrip tersebut menjadi sebuah skripsi. Tidak mesti terburu-buru menyelesaikan namun yang terpenting adalah mengambil pelajaran dari penulisan skrip tersebut. Skripsi juga bukan sesuatu yang harus ditakuti melainkan perlu didekati dengan keilmuan baik hard skill terlebih soft skill. Skripsi hanyalah proses dan ujian mari menjalaninya, apa pun yang kita tulis dan jalani biarkan orang lain (dosen) yang menilainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H