Selama di kampung halaman tentu yang dirindukan adalah kuliner. Kuliner tersebut mulai dari makanan berat hingga makanan ringan. Saat pertama kali tiba tentu yang ingin sekali dicicipi adalah makanan berat khususnya masakan ibu. Setelah sudah berlama-lama di kampung halaman selanjutnya yang biasa kita cari adalah jenis kue-kuean atau makanan ringan. Kue-kue tradisional layaknya pengobat rindu di kampung halaman. Dan terdapat beberapa jenis kue-kuean yang sangat dirindukan bila kita di rantauan.
Salah satu makanan favorit saya dan keluarga saat pulang kampung adalah kue putu cangkir. Putu cangkir ini merupakan salah satu kuliner Nusantara yang bisa didapatkan di tanah Celebes atau Sulawesi. Putu sendiri merupakan panganan dari beras ketan. Sementara cangkir sendiri berasal dari Bahasa Bugis yang berarti gelas minum. Kenapa disebut sebagai putu cangkir karena dalam mengolahnya menjadi matang digunakan cawan seperti cangkir terbalik sehingga setelah matang dan disajikan kue tersebut mirip punggung cangkir atau cangkir terbalik.
Kue putu cangkir diolah dengan menggunakan berbagai adonan namun bahan utamanya adalah beras ketan putih atau bisa juga menggunakan beras ketan hitam. Namun karena beras ketan hitam sulit terjangkau setiap saat sehingga umumnya para penjual kue putu cangkir menggunakan beras ketan putih. Bahan lainnya seperti tepung beras biasa, kelapa parut (yang tidak terlalu tua dan muda), gula merah, air dan garam. Adapun alat yang digunakan adalah cawan/ cetakan, kukusan/ alat masak, dan alat lain yang menunjang dalam pengolahan serta penyajian kue putu cangkir.
Jika berkunjung ke Sulawesi Selatan baik di kota Makassar maupun di beberapa kota kabupaten lainnya, kita dapat menjumpai penjual kue putu cangkir di beberapa bahu jalan. Penjual kue putu cangkir tidak seramai dengan penjual kue lain yang lebih fenomenal sebab agak ribet mengolahnya. Butuh banyak bahan dan jemari. Kue putu cangkir sangat nyaman dan empuk di lidah bila dikonsumsi masih hangat. Kue putu cangkir sangat pas jadi santapan sarapan pagi sambil ngopi atau ngeteh.
Demikian di sore hari sangat tepat menemani candaan kita bersama keluarga. Memang kue putu cangkir dijajakan di pagi hari dan di sore/ malam hari. Sebab dua waktu tersebut yang tepat untuk mengkonsumsinya sebagai kudapan.
Kue putu cangkir tidak setiap hari dijajakan lantaran hanya nyaman dikonsumsi saat matang. Kue putu cangkir tidak nyaman dikonsumsi bila bermalam sebab menggunakan kelapa parut di dalam kue tersebut dan kelapa parut tersebut tidak matang. Bentuknya mungil seperti punggung cangkir tersebut jika sekali nyoba akan membuat lidah ketagihan sebab ada manis-manisnya, rasa asin, dan aroma ketan yang sangat menggoda saat di tempat pengolahannya. Bila kita sekedar lewat dekat tempat pengolahan kue putu cangkir akan membuat hidung mencari sumber asapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H