Hari ini ia tak kembali ke rumah makan siang. Dari kebiasaannya sejak pergi pagi pulang malam, pasti ia sempatkan kembali dulu mengisi energi alias makan siang. Beras Camba (beras gunung di salah satu kabupaten Maros), itu yang ia suka, makanan lain ia tepis satu per satu. Ini bukan pilih makanan tapi selera dan kebutuhan pencernaan serta energi. Di sisi lain beras ini di tanam di kaki gunung Bulusaraung, di sana di tanam alami, panen alami, tanpa ada pupuk dan teknologi. Tinggi juga kelasmu Ror!
Terdengar kabar, anjing di kompleks saya mati satu per satu kecuali si Popo. Popo masih ingin hidup ternyata, ia selamat lantaran tertidur pulas di rumah kosong itu. Ia diberi nama Popo lantaran setiap pagi suka memungut Popo bayi yang dibuang sembarangan warga. Ia adalah generasi terakhir dari anjing yang pernah ada di kompleks itu. Katanya ia peranakan dari Manado dan Belanda entah ayahnya Manado atau ibunya Belanda, entahlah. Anjing tergeletak di setiap lorong, hampir memenuhi setiap sudut jalan. Mereka belum terkubur lantaran banyak sekali anjing mati terkapar, terkena racun. Ada yang menyebar racun anjing di kompleks itu.
Demi apa coba? Terdengar rumor setiap menjelang ramadhan tiba di kampung itu anjing diracuni agar aksi para pencuri di malam hari berjalan lancar, ah mitos kali! Mana ada pencuri takut sama anjing. Bukan takut sama anjing tapi jika pencuri beraksi di malam hari paling tidak sunyi senyap tak ada suara gonggongan asu.
Warga mulai panik. Pagar di gembok, pintu diperbaiki rapat-rapat. Tembok-tembok yang rusak sekedar dipoles cat agar terlihat rapi dan lubang intipan tidak kelihatan lagi.
Apa benar para pencuri yang meracuni anjing. Pedagang sayur keliling yang selalu setia menjajakan sayurnya. Sedari tadi ditunggu oleh warga kompleks itu. Pasalnya hanya dia yang bisa memberikan info terbaru, ada banyak rahasia di tangan dan di mulutnya. Gosip apa saja selama sayurnya terbeli akan keluar hingga bukan lagi rahasia.
Saya dan istri ke sana ke mari mencari ayam peliharaan. Jangan sampai diracuni juga. Ah masa sih! Biasanya pencuri ayam tidak meracuninya tetapi langsung diangkut di tenggeran atau di kandang dengan hipnotis bawang merah di tangan. Bahkan langsung di tekuk dalam sarung. Lalu dipotong.
Itu ada kucing ikut mati. Kenapa bukan sekalian tikus-tikus juga ikut mati agar kita tenang di malam hari. Agar tak ada lagi yang sering masuk dapur tanpa permisi. Masuk WC tanpa baca doa, keluar simpan kotoran tak dicuci. Tai sembarangan, kencing di sudut sana-sini meracuni penghuni.
Istriku Sayang! Racun anjing beda dengan kucing terlebih racun tikus, beda pula racun anjing. Racun tikus dengan permen warna warni banyak di Indomaret atau Alfamart yang petugasnya sangat ramah itu. Baru masuk sudah ditanya selamat datang selamat belanja kembali, sekalian isi pulsa. Begitu ucapannya bagaikan mesin tetapi manusia juga bahkan anak tetangga ada juga yang demikian tidak menyapa kita dengan nama lagi tapi hanya selamat datang dan selamat belanja kembali. Di rumah ia sapa kita om dan tante. Ah kamu. Racun kucing apa coba. Kucing mah tidak diracuni ia binatang kesayangan rumah-rumah warga di sini. Tapi kok dia mati, oh paling kelaparan habis itu makan rumput di pagi hari, atau makan sisa makanan basi.
USSTT! Cuaksks! Usstssst! Cuaaks! kode si tukang sayur. Sini beli dulu! Baiklah. Cuaksks!
Ini bukan aksi pencuri ayam yang meracuni anjing. Kata si penjual sayur. Kalau racun anjing itu dikasi roti bakpao putih. Terus di dalamnya ada macam-macam paku yang sudah ditubruk. Jika ia telan langsung mati. Matinya pun bukan di depan tuannya, ia tidak tega pasti melihat tuannya yang setia. Anjing itu simbol keakraban. Ia sangat peka. Bayangkan ada suara sedikit langsung menggonggong. Ia takut tuannya kenapa-kenapa.