Lihat ke Halaman Asli

Andi Samsu Rijal

Peneliti Bahasa dan Budaya

Puisi: Waktu dalam Cerita Kita

Diperbarui: 12 Maret 2023   20:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi waktu, sumber foto: iStock photo

Ini minggu bukan? tanya ming kepada jendela kamar yang terbuka sejak semalam, rupanya ia menanti cahaya mentari pagi menyapanya, di luar tak ada hujan, ini sudah maret, kalaupun hujan akan turun di bulan juni kata pak Damono.

pip-pip; ini pasti hari senin pagi, suara klakson di mana-mana. Kenapa kamu telat? pasti karena lampu merah yang terlalu lama, atau kamu yang mampir sarapan lalu lupa arah.

tak ada dingin pagi ini, awan merapi masih menyapa para penari malam. mencari ayahnya di rembulan dan menemukan dirinya sebagai mentari kata kak Lily yang baru saja pergi.

ini sudah jatuh tempo, itu pasti kata rentenir yang tak mau dijanji, dulu kau yang merayuku begitu kata pelanggan ketika suami belum pulang-pulang.

sebentar lagi selesai, begitu kata pelayan kepada pelanggan foto copy. mau 3 jam, 4 jam, atau sehari kata petugas laundry di sebuah hotel. Mau ambil berapa hari, 4 hari atau seminggu juga tidak apa-apa yang jelas bayar, kata sebuah emak emak di laundry.

kalau saja ulang tahunku tiba, aku ingin sepeda baru; ini pasti kata anak kepada ayahnya yang belum punya apa-apa, sebab ulang tahun saja harus ada janji, kenapa bukan lilin saja sekali bakar sekali tiup lalu tepuk tangan kita ketawa bersama

ini tanggal berapa? itu pasti kata istri, yang selalu ramah di awal bulan memeluk mentari di akhir bulan. waktu adalah abadi tapi ia berjalan tanpa henti sementara kau? ingatan itu pasti hanya janjimu yang tak pasti; sebuah surat yang kubaca dari istri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline