Lihat ke Halaman Asli

Andi Samsu Rijal

Peneliti Bahasa dan Budaya

Membaca Jenaka Jokpin di Hari Minggu

Diperbarui: 12 Maret 2023   19:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jokpin, sumber: Youtube, Jalan Asu Joko Pinurbo

Tak ada yang luput dari kacamata sastra Jokpin atas realitas masyarakat dewasa ini. Sebagai penulis karya sastra kenamaan di Indonesia memberi kita pelajaran bahwa realitas sosial di tengah masyarakat harus diungkapkan melalui bahasa lisan terlebih bahasa tulis dalam hal ini melalui medium kesusastraan.

Seorang Jokpin (Joko Pinurbo) yang telah meraih sederet penghargaan atas kekaryaannya baik di tingkat Provinsi DIY, maupun di level Nasional. Suatu ketika ia berkisah bahwa tulisan-tulisan saya yang dimuat di beberapa media nasional telah melewati perjalanan panjang dengan proses yang cukup luar biasa. 

Berkaca dari situ bahwa sebuah tulisan yang lahir di tangan Jokpin (yang akrab di media sosial dengan sapaan Jokpin Jogja) bahwa karya-karyanya merupakan penjernihan dari kaca mata bathin hingga lahir dalam wujud karya. Bagaimana tidak hal-hal luar biasa ia jadikan candaan tetapi pesannya sampai. Terlebih bahan-bahan jenaka yang ia buat dalam jenaka maka membacanya kita terpingkal-pingkal ketawa.

Setelah membaca beberapa tulisan Jokpin di sebuah minggu pagi. Saya kemudian tidak sabar mencari kawan lama saya yang begitu antusias memperkenalkan Jokpin kepada saya (tentu dengan tulisan, ulasan, dan berupa buku-buku puisinya). Saya menemukan kesederhaan Jokpin dalam tulisannya dan mengajak saya untuk berbahsa sederhana pula. Apa yang diajarkan Jokpin pada tulisannya pada dasarnya mengajarkan kita untuk berani membahasakan dengan baik meskipun itu tidak benar benar baikl. Apa yang ada di depan kita adalah sebuah realita mari menjadikannya sebuah kisah cerita dengan tokoh, alur, hingga pesan moral jika kita mampu namun perlu berlatih. Cerita yang dinanti pembaca tentu adalah pesan moral, hiburan, informasi sehingga mari jadikan cerita itu berterima kepada pembaca. 

Pada sebuah cerita dalam kumpulan cerpen Jokpin Tak Ada Asu Di Antara Kita (2023), salah satu di dalamnya mengkisahkan korban hoaks. Subagus sebagai tokoh fiksi bertemu dengan penulis kemudian kelak menggugat penulis bahwa saya bukanlah orang sebaik yang kamu kira dalam cerpen itu. Di mana-mana aku mendapat pujian, swafoto sama orang-orang, saya tidak nyaman dengan hal itu, itu hoaks kata si Subagus. Berbeda dengan realitas saat ini yang selalu pamer, di mana-mana ingin dipuji. Tentu ada pesan pa Jokpin dalam cerita korban hoaks tersebut bahwa di mana-mana orang haus dengan pujian. Terlepas dari itu bahwa apa yang kita tulis adalah fiksi, yang tidak bisa digugat, begitu pembacaan saya dalam satu bab cerpen di mana seorang tokoh menggugat dirinya kepada Jokpin. Ia menulis tokoh dengan baik sementara tokoh yang baik itu ingin bebas dan tidak terikat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline