Lihat ke Halaman Asli

Andi Samsu Rijal

Peneliti Bahasa dan Budaya

Asam Lambung

Diperbarui: 10 Maret 2023   13:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Asam lambung. Sumber Foto: kilas.co

Penyakit asam lambung tentu tidak asing lagi bagi kita. Pasalnya hampir setiap saat kita dengar orang-orang di sekitar kita mengalami gastroesophageal reflux disease (GERD) ini, bahkan diri kita sendiri yang sering mengalaminya. Baik karena faktor telat makan, stress, begadang, atau karena faktor makanan. Kondisi di mana ulu hati nyeri tentu menyiksa kita. Namun saya tidak bisa menjelaskan lebih detail terkait penyebab dari Asam lambung (aslam ) atau apalah namanya, terlebih memberi penjelasan terkait pengobatannya sebab saya bukan ahlinya. Pasti dokter lebih tahu kondisi tubuh seseorang dengan penanganan yang tepat dan obat yang pas.

***

Saat mendengar suara adzan dhuhur saya bergegas ke Masjid untuk shalat berjamaah. Di tempat wudhu, saat kaki tangan saya tersentuh air, tubuh saya gemetar, menggigil, meriang di tengah terik matahari. Saya mencoba menahan diri agar terlihat kuat. Sayapun ikut ibadaha berjamaah, sembari menahan tubuh saya yang lemah ini. Tak lama berselang saya menuju rumah sakit terdekat untuk memastikan apakah saya baik-baik saja atau saya sedang sehat bermasalah atau sakit serius. Sesampai di antrian petugas pun bertanya bapak sakit apa? keluhannya apa? Saya menceritakan apa yang sedang saya alami. 

Saya berada pada nomor antrian 97, sebulan lalu saya kurang lebih sama dengan nomor antrian 87. Kedua nomor antrian tersebut saya bawa pulang sebagai penyemangat bahwa kalau saya tidak boleh sakit dan baik-baik saja. Sebulan yang lalu awalnya hanya ke apotek terdekat diberi obat maag karena keluhan saya sariawan dan nyeri usus. Sayapun direkomendasikan ke RS kampus dan dimotivasi bahwa bapak sehat saja, hanya kurang istirahat dan kurang minum air putih. Hari ini pun saya ke RS kampus yang saya maksud tadi. Keluhan hampir sama cuman kekhawatiran saya hari ini lebih tinggi karena saya tubuh saya meriang di siang hari. Tibalah antrian saya untuk diperikas oelh ibu dokter di ruang poli umum 2. Saya berbaring dan dokter menindis perut saya (kiri, kanan, atas dan bawah). Tepatnya nyeri pada ulu hati, nyeri pada usus sebelah kanan atas dan kanan bawah. Apakah saya sehat saja dok? tanyaku kepada dokter.

Saya kembali duduk menghadap memastikan dengan nama dokter senior di hadapan saya. Namanya saya eja huruf demi huruf untuk memastikan apakah saya tidak butuh huruf. Ia melambaikan tangannya, mas! mas! silahkan ke apotek. Resep sudah saya kirim secara elektoronik sesuai dengan nomor antriannya. Apa masih ada keluhan lagi, masih ada yang ingin dikonsultasikan? kata-kata itu seperti mesin setiap kali kita berkunjung ke dokter. Layaknya di Indomaret dan Alfamart; Selamat datang selamat belanja, uang kembaliannya ingin didonasikan bapak/ ibu? kami ada diskon, silahkan tebus dua dapat tiga, sekalian isi pulsanya, selamat datang kembali. Namun kata-kata mutiara dokter tentu beda dengan rayuan iklan verbal para saudara kita yang sedang menjalankan perannya. Dokter menguatkan kita dengan kata-katanya. Saya katakan, dok! pada dasarnya saya khawatir saja sebab saya ada riwayat tipes. Saya ke sini ingin memastikan apalakah saya tidak kenapa-kenapa dok. Saya jauh dari keluarga, saya jauh dari istri dan anak. Saya ke sini sebelum mereka tahu lewat VC, muka saya pastinya pucat. Baik mas, baik pak! bapak sehat saja, hanya stress, bapak hanya butuh minum banyak air putih. Kondisi bapak hanya asam lambung yang naik tapi tidak terlalu parah sebab tidak sampai mual, muntah, pusing dan gejala lainnya.

Selepas dari apotek, saya terdiam seakan ingin melihat di dalam tubuh saya yang mungil ini. Ada apa di dalam tubuh saya ini. Apakah asam lambung itu selalu datang setiap pekan, haruskah saya selalu ke dokter konsultasi? Saya kemudian menarik nafas dalam-dalam, meresapi nafas saya (saya masih bisa bernafas dengan baik), merasakan perut saya, apakah masih bisa makan dengan baik, minum kopi, jajan. Mata saya terbuka sembari melihat kata-kata di dalam buku yang tersusun rapi, botol yang berisi air putuh tadi telah kusimpan kembali.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline