Lihat ke Halaman Asli

Andi Samsu Rijal

Dosen/ Writer

Dari TV Konvensional ke YouTube

Diperbarui: 6 Maret 2023   23:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi menonton TV dari layanan YouTube, sumber foto: MacPoin

Di era teknologi komunikasi ini terdapat berbagai perubahan budaya masyarakat. Salah satunya beralihnya tontonan kita dari TV konvensional (baik itu antena dalam hingga antena luar) ke tontonan melalui chanel YouTube. Netizen berlomba-lomba menonton video pendek melalaui chanel YouTube dibandingkan serial di TV konvensional. Bahkan bisa saja menonton pada chanel YouTube tertentu jika ada sesuatu hal yang dianggap menarik dan mengedukasi. Budaya ini tidak hanya digandrngi oleh orang tua namun juga disenangi oleh anak-anak. Pasalnya semua hal menarik bisa ditontonnya dengan cepat dan muda melalui smartphone yang terhubung dengan koneksi internet.

Melihat kecenderungan masyarakat kita tersebut, perlu memikirkan bersama khususnya para content creator, influencer atau Youtuber untuk mengisi konten-konten edukatif pada chanel Youtube mereka agar sesuai kebutuhan generasi. Dalam hal ini pemerintah bersama kominfo atau KPI agar bersama-sama memikirkan tontonan masyarakat. Sebagai orang yang berpengaruh paling tidak memberikan regulasi atau teguran bila ada yang melanggar diantara mereka. 

Mengingat setiap bulannya terhitung kurang lebih dua miliar juta jiwa pengunjung ke chanel YouTube. YouTube menjadi situs populer milik google dan sangat disenangi bagi warga net untuk mencari hiburan, informasi dan edukasi. Di dalamnya terdapat kurang lebih 80an bahasa dari seluruh dunia. Di Indonesia sendiri terdapat kurang lebih 127 juta pengguna YouTube per April 2022 (We Are Social). 

Melihat pengguna YouTube di negara kita bisa menjadi peluang dna juga tantangan. Tentu akan menjadi peluang bagi para pembuat konten dan YouTuber pasalnya netizen Indonesia akan menjadi penontonnya, subcriber dan juga mereka yang akan merekomendasikan untuk menonton pada Chanel YouTube tersebut. 

Sebaliknya hal ini juga akan menjadi tantangan bagi kita semua khususnya orang tua, bagaimana tontonan anak-anak kita bisa lebih bermutu. Seperti chanel Deddy Corbuzier dengan jumlah 20 M subsciber tentu viewers lebih dari itu. Tentu chanel YouTube Deddy Corbuzier sedikit menggeser beberapa chanel TV konvensional. Pada akhirnya ia menginspirasi banyak Youtuber di Indonesia untuk berlomba-lomba mencari panggung sendiri dan mencari cuan dengan caranya sendiri. Tak sedikit di antaranya membuat konten lucu, musik, film-film pendek, hobi, tarveling, cerita-cerita inspiratif, konten edukatif namun ada juga yang membuat konten asal-asalan tanpa isi yang memberi makna atau pesan moral.

Ada semacam penggiringan ke arah media digital khususnya lewat YouTube. Beberapa influncer, publik figur dan content creator mengarahkan kita dan mempengaruhi kita untuk menonton di chanel YouTube mereka. Tak sedikit di antaranya merupakan artis atau entertainer yang biasa kita lihat di TV konvensional kini mereka tampil di YouTube. Tidak hanya mereka tetapi bahkan perusahaan media sendiri baik itu media TV konvensional maupun media online. Harapan kami tentu sebagai warga net tidak hanya digiring ke media digital begitu saja yang hanya mengejar viewers dan subscriber hingga akhirnya terjadi situasi ngemis online. Tetapi mari memberikan konten bermanfaat agar bisa mengimbangi konten yang kurang bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline