Hingga detik ini, Asib Ali Bhore (32) pemuda asal India masih mengharap untuk bertemu dengan Syarifa Haerunnisa (25) gadis asal Wajo Sul-Sel. Sejak kepergian Ali ke kediaman Nisa dengan maksud ingin melamar Nisa berbuntut gagal dan viral. Pasalnya orang tua Nisa tidak ingin jika anaknya menikah dengan orang yang beda budaya apalagi beda negara. Meski India dan Indonesia sedikit ada persamaan dalam praktek kebudayaan tertentu, tetap saja Asib Ali tidak berterima dalam keluarga Nisa tersebut. Entah siapa yang salah dalam kasus percintaan daring kedua pasangan bucin tersebut. Apakah Ali atau Nisa dan keluarganya.
Dikenal Asib Ali seorang pemuda asal India yang sedang bekerja sebagai desainer butik di Arab Saudi. Sebelum ia tinggalkan pekerjaannya tentu dengan pertimbangan matang untuk melamar Nisa. Pada akhirnya ia nekat ke Indonesia dengan modal hubungan via WhatsApp tanpa pernah bertemu sebelumnya secara semuka, apalagi komunikasi dengan keluarga Nisa. Sementara diketahui bahwa adat dan etika di kampung Nisa, sebuah pernikahan yang menentukan adalah pihak keluarga dalam hal ini orang tua dan bukan si anak.
Dari rumor yang beredar, pertemuan mereka sepertinya berawal dari WAG hijrah yang dimasuki Nisa bersama Ali. Dalam grup WA tersebut mereka pun saling berkenalan hingga sering telponan secara pribadi (bukan telponan grup). Ali dengan yakin jika cintanya diterima Nisa dibuktikan dengan backup data chat, sebaliknya Nisa mengiyakan beberapa pertuturan yang pernah dijalin sama Ali meski dengan terbata-bata mengatakan bahwa jika tidak memberi ruang kepada Ali. Namun terbukti ia mengirimkan alamat dalam wujud foto identitas pribadi milik Nisa, beserta nomor rekening an Nisa sehingga Ali sering mengirimkan pembeli Hp dan quota untuk kelancaran komunikasi. Keakraban terjalin satu sama lain meski hanya pada dunia Maya. Namun harapan pemuda India itu bisa terwujud nyata
Datang dari Arab Saudi ke Wajo Sulawesi Selatan sendirian adalah kenekatan dan tindakan sia sia bila tidak membicarakan dengan baik dengan pihak keluarga Nisa bukan dengan Nisa saja. Namun Ali yakin hal itu sudah dijalin oleh Nisa dengan pihak orang tuanya. Setiba di Bandara nomor Ali pun diblokir oleh Nisa, menurut pengakuan Ali. Namun berkat petunjuk atas komunikasi sebelumnya Ali mendatangi kediaman Nisa di Wajo yang jaraknya dari Makassar kurang lebih 6 jam jarak tempuh via mobil.
"Saya mengajak berteman dan menyimpan nomor WA beliau karena awalnya saya pikir ia perempuan atas nama Anggita Citra, tutur Nisa di salah satu stasiun TV" Kini Nisa dan keluarganya sibuk memberikan klarifikasi melalui berbagai media baik di TV show maupun di media sosial. Di sisi lain, si Ali masih penuh harap agar dihubungi Nisa untuk ketemuan sebelum ia balik ke India atau ke Arab Saudi tempat ia bekerja sebelumnya. Tampak di beberapa stasiun TV dan media online, Ali diundang sana sini bahkan di-viral-kan. Entah kasihan kepada Ali. Entah ingin memperbaiki nama baik Indonesia di mata Ali India. Nampak tegar Ali membela Nisa. Saya takut Nisa kenapa-napa, saya ingin bertemu Nisa, ia tak bersalah, saya tidak butuh uang saya dikembalikan, dan seterusnya.
Akhir-akhir ini setelah keluarga Nisa menolak kehadiran Ali di kediamannya, Nisa dikabarkan akan menikah bahkan jauh hari telah dijodohkan dengan seorang pemuda (sebut ia ustadz) di kampung Nisa. Pernikahan beda budaya apalagi dari luar negeri tentu sangat berat bagi keluarga Nisa. Namun Ali merasa bahwa ia diberi harapan oleh Nisa, sembari ia memberikan bukti percakapannya di depan publik.
Ada miskomunikasi antara Ali dan Nisa melalui percakapan WA yang keduanya sama-sama tidak menguasai bahasa mereka masing-masing. Sehingga percakapan tersebut tidak secara langsung diterima oleh telinga, mata, dan perasaan. Komunikasi mereka mengandalkan google translate. Sementara mesin penerjemah tersebut hanya memberikan arti kata per kata, kalimat per kalimat, namun tidak bisa memberikan pengertian secara semantik terlebih pragmatik. Keduanya sangat berbeda jauh, Ali hanya bisa berbahasa Arab dan India, Nisa hanya bisa menguasai dengan baik bahasa Bugis dan bahasa Indonesia. Entah dari percakapan kedua bucin teresebut sampai ke pihak keluarga Nisa atau tidak. Jika benar-benar sampai, tentu semua pihak keluarga akan mempertimbangkan dengan baik atas hubungan itu sebelum si Ali buru-buru mengambil sikap ke Indonesia. Ataukah Nisa diam-diam memberi ruang kepada Ali tanpa memberi tahu pihak keluarganya, sebab jika ia memberi tahu lebih awal tentu juga kemungkinan besar ditolak, atau kemungkinan diterima tetapi peluang lebih sedikit. Melihat pernyataan pihak keluarga Nisa menolak masak masak hubungan tersebut.
Kini nasib Asib Ali Bhore yang sudah menyiapkan segala dokumen pernikahannya beserta barang-barang (erang-erang pernikahan dalam adat istiadat bugis) kandas lantaran komunikasi yang kurang baik. Sebaliknya Syarifah Haerunnisa menyimpan jejak cerita yang akan menjadi kisah dan pelajaran bagi netizen dan generasi. Selamat menempuh jalan yang berbeda Ali dan Nisa. Terima kasih atas kisah romantisme di jagad maya. Bahagia selalu di mana pun berada dengan siapapun pasangan hidupnya kedepan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H