Titik lemah kita ada pada rasa, bukan pada prosa
prosa adalah jembatan rasa, tempat menyeberangi rasa yang lain
yang butuh, di-butuh-kan atau mem-butuh-kan
Tubuh kita adalah jembatan yang rubuh, bila tak ada lagi rasa
padahal tubuh kita masih utuh, kita hanya butuh rasa
untuk menyeberangi rasa-rasa lain yang dirasa
pada tubuh lain yang ada rasa dalam dirinya
Ada pada laku tubuh yang lemah itu, jembatannya akan rapuh
Asa tak ada kuasa merubah, bila laku pada tubuh