Lihat ke Halaman Asli

Andi Samsu Rijal

Peneliti Bahasa dan Budaya

Satu Abad Nahdlatul Ulama dan Kontribusinya

Diperbarui: 3 Februari 2023   04:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Nahdlatul Ulama (NU) merupakan sebuah organisasi masyarakat islam yang berbasis keummatan. NU pada hari ini tepatnya satu abad didirikan di Kertopaten Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 M atau 16 Rajab 1344 H  oleh sejumlah ulama besar antara lain KH Hasyim Asy'ari, KH Wahab Chasbullah, dan KH Bisri Syansuri. Tentu para tokoh tersebut mendirikan NU sebagai upaya menyatukan para tokoh agama lainnya dengan tujuan melawan penjajah pada saat itu. Pada masa penjajahan Belanda tersebut, para tokoh NU ini mencoba melakukan gerakan perlawanan dengan basis pesantren yang ada di Surabaya saat itu.

Selanjutnya beberapa referensi menyebutkan yang bersumber dari kaum nahdiyin seperti Choirul Anam pada catatannya dalam Pertumbuhan dan Perkembangan NU (2010) setidaknya ada tiga motivasi berdirinya NU yaitu motivasi agama, membangun nasionalisme, dan mempertahankan akidah ahlussunnah wal jamaah (Aswaja). Motibasi agama tersebut sangat jelas jika dilihat dari sejak awal berdirinya bahwa adanya keresehan dan kebutuhan santri untuk memperkuat dan memperkokoh keislaman mereka. 

Selanjutnya untuk membangun nasionalisme hingga saat ini bahwa organiasasi NU yang memiliki beberapa badan otonom (banon) ini telah berupaya bersama-sama melawan penjajah Belanda dan hingga saat ini NU beseta banonnya masih tetap menjaga keharmonisan antar pemeluk agama lainnya. 

Banon NU yang dimaksud seperti Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Organisasi ini lahir pada 29 Maret 1946, Fatayat Nahdlatul Ulama (NU), Gerakan Pemuda (GP) Ansor Nahdlatul Ulama (NU), Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU). Selain banon tersebut NU juga memiliki basis massa yang jelas termasuk melalui organiasai pergerakan mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang hingga saat ini masih terus melakukan kaderisasi demi mendidik generasi nahdiyin.

Gambaran pergerakan NU tersebut merupakan salah satu capaian yang sangat luar biasa. Sehingga kader-kader NU tumbuh sumbur baik kader militan sendiri yang masih eksis mengurusi organisasi struktural NU, banon, maupun organisasi lainnya yang bercirikan islam Aswaja. 

Beberapa lembaga pendidikan yang masih terus diupayakan dan dipertahankan seperti pada level perguruan Tinggi terdapat Universitas Nahdlatul Ulama, Universitas/Perguruan Tinggi Swasta lainnya yang memiliki haluan keislaman Aswaja Annahdiyah (sebut STAI DDI, UIM Al Gazali). Pada level Madrasah Aliyah, Madrash Tsanawiyah dan MI dapat dilihat dari basis pesantren dan yang dikelola sendiri oleh Banon/ Pengurus Cabang yang disebut sebagai LP Maarif NU. 

Demikian halnya pada level masyarakat di daerah kabupaten juga terdapat beberapa kelompok tarekat yang juga berafiliasi dan berhaluan pada islam aswaja annahdiyah yang tentu dipastikan merupakan basis NU. Dengan beberapa basis NU yang saat ini dikelola sehingga dipastikan bahwa hadirnya kelembagaan tersebut telah memberi kontribusi nyata dalam membina warga nahdiyin. Belum termasuk pada gerakan politik yang tentu pasti juga ada tetapi tidak secara resmi bagian dari NU. Singkatnya bahwa gerakan politik NU yang berlabel islam moderat ini telah berhasil dan tertanam dalam budaya lokal masyarakat generasi nahdiyin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline