"Tak ada yang meminta dilahirkan kedunia ini, ayah ibu!" Jika demikian pernyataan seorang anak di dalam hati atau dia lontarkan dihadapan kita saat pertengkaran dengan anak, apa yang akan kita lakukan?
Mencermati problema sosial dalam rumah tangga antara anak dan orang tua kerapkali menjadi perbincangan. Anak terkadang melakukan kesalahan kecil hingga kesalahan besar, kemdian orang tua kembali menyalahkan anak atau menyalahkan pasangannya. Kira-kira sampai kapan pertengkaran akan berakhir jika setiap hari atau setiap waktu anak menjadi obyek dalam sebuah permasalahan. Seakan-akan mereka menjadi penyebab dari semua permasalahan orang tua mereka.
Sejak kecil yang dalam ingatannya adalah sebuah pertengkarang. Apa jadinya ketika ia beranjak dewasa? Akankah ia menjadi pendendam? Akankah ia menjadi anak introvert? Setiap harinya adalah utang, setiap harinya adalah kesalahan, setiap harinya adalah belenggu. Jangan salahkan jika beranjak dewasa kelak ia akan trauma dengan pernikahan.
Permasalahan-permasalahan dalam rumah tangga tentu bukan hanya dialami oleh satu orang saja. Hampir setiap rumah tangga mengalami permasalahan yang sama selain permsalahan ekonomi. Tetapi jika kita lebih mengedepankan rasa syukur kita dibanding rasa lain tentu permasalahan sosial dapat dengan muda ditepis dan dihentikan. Agar anak kembali menjalani hari-harinya dengan bebas dan perca diri. Pada akhirnya ia akan tumbuh menjadi anak dewasa. Meski permasalah juga membuat mereka dewasa, tetapi alangkah baiknya permasalahan rumah tangga bukan menjadi tanggung jawab anak, melainkan merupakan tanggung jawab orang tua.
Beda anak beda masa. Beda anak beda permasalahan. Dalam menghadapi persoalan anak di lingkungan keluarga semestinya orang tua harus bijak bagaimana anak tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dini terlibat dalam pertikaian orang dewasa. Dunia anak-anak adalah dunia meniru, dunia bermain, lalu kemudian beralih ke dunia belajar dan terakhir adalah dunia menjalani peran (role play). Rumahku adalah syurgaku, adalah impian setiap anak. Sehingga sedianya rumah menjadikan mereka tempat kembali. Orang tua mereka tempat pertama bercerita atas masalah di dalam dan di luar rumah.
Sejatinya anak adalah titipan bagi orang tua. Melalui anak orang tua diajari sebuah tanggung jawab dari penciptaNya. Olehnya itu posisi anak dan orang tua sama-sama memiliki kedudukan yang sama sebagai insan. Sehingga mari menjadikan anak sebagai manusia yang bermartabat agar kita menjadi mahluk sosial yang lebih baik dari sebelumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H