Anak-anak saat ini cenderung dimanjakan dari berbagai hal. Mulai dari uang jajan, uang buku, pembeli gadget, pembeli latto latto hingga fasilitas hidupnya. Kisah berbeda dari seorang Wahid siswa kelas 6 SD Negeri BARAMBANG Desa Bonto Matene Kecamatan Mandai kabupaten Maros Sulawesi Selatan. Ia setiap harinya dilalui dengan perjuangan yang gigih untuk menggapai cita-citanya yakni kelak ia akan bekerja di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar yang ada di Maros. Sepulang dari sekolah ia beserta saudarinya Sabrina (5 THN) kerap kali membantu ibunya menyiapkan jualan jajanan khas Makassar ini.
Wahid penjual jalangkote sangat beda dengan anak seusianya yakni hanya sibuk main latto latto depan rumahnya di kompleks. Wahid memilih berjualan keliling jalangkote tak memandang siang hari dengan panas ataupun hujan ia dengan setia menjajakan jalangkote setiap hari. Dengan nada keras dan terkesan sopan itu, ia memikat para pencinta kuliner yang satu ini. Dengan harga seribu rupiah per bijinya bahkan ia terkadang dua kali mengisi ember jualannya setiap hari. Berkisar 50 ribu hingga 100 ribu per hari dari total penjualan. Dari hasil penjualan tersebut yakni 10 hingga 20 ribu rupiah ia tabung untuk beli gadget, biaya sekolahnya dan untuk biaya kursus bahasa Inggris sebab katanya ia harus bisa Bahaaa Inggris agar bisa bekerja di bandara kelak.
Wahid tak hanya sukses sebagai pelajar SD dengan predikat akademik rangking 1 dari kelas satu ia juga mampu menabung dari hasil jualannya. Ayahnya sebagai sekuriti dan ibunya sebagai ibu rumah tangga, tak membuat ia malas apalagi malu di hadapan anak-anak seusianya dengan teriakan jaaaalanggggkoteer. Suara itu justru dirindukan bagi penikmat jalangkote di sore hari apalagi dipadu dengan minuman hangat atau dingin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H