Kapan kamu terakhir mandi air hujan atau main hujan-hujan. Sepertinya hanya di masa kecil, kita sering main hujan-hujan. Hari ini kami izinkan anak-anak mandi air hujan untuk sedikit berbahagia menikmati bagaimana mandi air hujan. Sudah sejak lama kami tidak pernah izinkan kena air hujan. Tapi hari ini dengan sengaja kami biarkan mereka terkena air hujan. Nampak keceriaan pada bocah kami saat air hujan membasuh badan; dari kepala, muka hingga ke seluruh badan. Hujan kali ini sudah di pertengahan musim, hampir lagi kemarau.
Beberapa perspektif berbeda terkait mandi air hujan baik mitos maupun secara ilmiah. Jangan main hujan sebentar kamu sakit, jangan kena hujan sebentar kamu pilek. Ketakutan itu menghantui anak-anak kami. Mary Ann Cooper membernarkan secara ilmiah kalau air hujan itu bisa mengantar arus listrik dan petir. Namun kali ini mencoba menepis mitos dan fakta itu. Meski beberapa dampak buruk bagi hujan, tetapi saya yakin air hujan bisa melatih fisik, bisa mengencangkan kulit dan juga bisa melatif psikomotorik.
Hari ini firasatku benar bahwa di hari pertama sekolah Ibu guru/ bapak Guru akan bertanya kamu liburan ke mana saja nak? mereka pun (anak2) menjawab, kami tidak liburan ke mana-mana ibu/bapak guru. Cuaca kurang bagus untuk liburan kata orang tua kami. Di rumah kami hujan terus, ayah dan ibu melarang ke luar rumah. Anak-anakku menjawab sesuai apa yang dialaminya bukan berdasarkan instruksi kami semalam. Sepulang dari sekolah karena kami kehujanan, lalu mereka bertanya kenapa kami bisa pergi sekolah padahal hujan terus. Tanya mereka kepada kami. Ternyata kena air hujan bagus! seru mereka. Bagaimana kalau kami main hujan saja ayah/ibu. Pinta mereka dengan merayu. Akhirnya kami pun mengisinkan agar mereka main hujan sepuasnya. Agar ia merasakan bagaimana hujan itu tidak membebaninya. Bagaimana air hujan yang suci ini membasuh badan mereka. Bagaimana air laut itu bisa naik ke langit lalu turun ke bumi dengan tidak asin. Bagaimana air hujan itu bisa menyegarkan dan juga bisa menyengsarakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H