Lihat ke Halaman Asli

Meriam Karbit, Cikal Bakal Suatu Kota

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pontianak,Kalimantan Barat merupakan ibukota dan sekaligus menjadi pusat kegiatan ekonomi untuk provinsi yang terletak di bagian barat pulau kalimantan. Kota ini juga menjadi kota terpadat di Kalimantan Barat dengan jumlah penduduk mencapai lima ratus ribu jiwa lebih. Namun siapa yang menyangka bahwa tiga abad yang lalu wilayah ini hanya merupakan kawasan hutan yang mengalir dua sungai besar yaitu sungai Kapuas dan sungai Landak yang kemudian keduanya menyatu pada percabangan sungai dan membentuk sungai Kapuas Besar.

Kota Pontianak pertama kali didirikan pada 23 Oktober 1771 oleh seorang saudagar berketurunan Hadramaut,Yaman Selatan dan Melayu yaitu Syarif Abdurrahman Alkadrie. Beliaulah yang kemudian mendirikan kesultanan melayu di wilayah percabangan sungai tersebut bersama sang istri yang merupakan anak dari seorang Panembahan Mempawah Opu Daeng Manambon yang bernama Utin Candramidi. Dalam menentukan lokasi pendirian lokasi istana, Syarif Abdurrahman Alkadrie memiliki cara yang unik. Yaitu pada saat rombongan yang berasal dari Mempawah memasuki sungai Kapuas Besar, kemudian mereka menemukan pertigaan sungai Kapuas. Pada saat itu Syarif Abdurrahman Alkadrie memerintahkan seorang pengikutnya untuk menembakkan sebuah meriam. Dimana nantinya lokasi jatuhnya peluru meriam tersebut akan dijadikan sebagai tempat ia akan memerintah. Dan peluru meriam yang ditembakkan tersebut jatuh tepat di daratan antara sungai Kapuas dan sungai Landak. Maka kemudian di tempat tersebut di bangun sebuah Masjid yang kemudian dikenal sebagai Masjid Jami' Sultan Pontianak. Dan tak jauh dari lokasi masjid tersebut berdiri dengan megah Istana Kadariah yang merupakan kediaman dan sekaligus sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Pontianak. Untuk nama Pontianak sendiri berasal dari nama sejenis makhluk halus Kuntilanak yang dalam bahasa melayu disebut sebagai "Antu Pontianak" atau Hantu Kuntilanak yang diyakini banyak terdapat disekitar sungai Kapuas pada waktu itu. Untuk memperingati berdirinya kota Pontianak maka sejak awal berdirinya kota, masyarakat menjadikan permainan meriam sebagai bagian dari budaya masyarakat. Pada perkembangannya permainan ini terus berkembang namun sempat mendapatkan hambatan berupa pelarangan permainan ini pada saat era Orde Baru memerintah. Dimana pada waktu itu pemimpin daerah berasal bukan dari kalangan penduduk asli Kalimantan Barat. Namun berkat kegigihan masyarakat kota dalam mempertahankan budayanya, maka permainan ini masih dapat dinikmati hingga saat ini. Sekarang permainan Meriam Karbit kebanggan masyarakat kota Pontianak ini hanya dapat dinikmati pada saat memperingati hari jadi kota Pontianak pada 23 Oktober dan juga pada saat perayaan Festival Meriam Karbit dan Keriang Bandong yang digelar pada saat malam takbiran menyambut hari raya Idul Fitri yang diselenggarakan di sepanjang tepian sungai Kapuas di Kota Pontianak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline