Lihat ke Halaman Asli

Andi Rosdaliani

Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Bone

Utilitasi Buah Maja (Aegle Marmelos): Menjadi Bahan Pengendali Alami dan Pupuk Organik

Diperbarui: 10 Agustus 2023   15:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumen Pribadi (Kondisi Tanaman Maja Dusun Pettungnge, Desa Maggenrang) 

Berita: Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM) Universitas Muhammadiyah Bone (Unim Bone)

Lokasi: Dusun Pettungnge, Desa Maggenrang, Kecamatan Kahu, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Indonesia

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bone kembali menorehkan prestasi dengan Lolos Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM) dengan mengangkat bahan-bahan alam untuk dijadikan produk bernilai ekonomis tinggi daripada dibiarkan begitu saja oleh masyarakat. 

PKM-PM ini terdiri dari 3 anggota yaitu Andi Rosdaliani dari Prodi Pendidikan Matematika selaku Ketua Tim, Wahdania dari Pendidikan Matematika selaku Anggota 1 dan Topan Arya Harahap dari Pendidikan Kewarganegaraan selaku Anggota 3. Serta Dosen Pendamping kami yaitu Bapak Andi Trisnowali MS, S.Pd., M.Pd. Adapun berikut uraian terkait produk kami yang Lolos Pendanaan Pendanaan di Kemendikbud Ristek. 

Tanaman maja (Aegle Marmelos) merupakan salah satu tanaman dari family rutaceae yang dapat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian kurang lebih 500 meter dpl. Tanaman maja dapat tumbuh di lahan yang basah seperti rawa-rawa atau di lahan kering, baik pada suhu 49 derajat C pada musim kemarau hingga -70 derajat C. Tanaman maja memiliki tekstur batang yang keras dan pertumbuhannya yang lambat, namun dapat mencapai ketinggian maksimal 10-15 meter serta tumbuh di daerah tropis dan sub-tropis. Tanaman maja juga termasuk tanaman liar yang tahan di lingkungan ekstrim dengan daun yang mudah luruh. Tanaman maja mulai berbuah pada umur 5 tahun dengan produksi maksimal hingga pada umur 15 tahun. Buah maja akan masak pada musim kemarau dan satu pohon tanaman buah maja menghasilkan 200-400 butir pertahun (Majid, 2021). Adapun tanaman maja memiliki nama lokal yang berbeda di setiap daerah, misalnya mojo atau mojo legi (Jawa), maos (Madura), bilak (Melayu), dan kabila (Alor, Nusa Tenggara). Kemudian tanaman maja dimasyarakat Bugis dikenal dengan sebutan bila-bila.

Sumber: Dokumen Pribadi (Foto Tim) 

Salah satu daeah yang kaya akan tanaman maja adalah Dusun Pettungnge, Desa Maggenrang. Tanaman maja di Dusun Petungnge hanya digunakan sebagai tanaman pagar, sementara buah maja dibiarkan tergeletak begitu saja dan biasanya digunakan sebagai mainan oleh anak-anak. Bahkan sebagian besar isinya dibuang ke sungai karena memiliki aroma yang tidak sedap. Jika buah maja ini tidak disingkirkan akan menganggu orang yang lewat maupun tetangga yang dekat dengan tanaman pagar ini. Cara ini akan mengakibatkan terjadinya pencemaran ekosistem air sungai. Keberadaan buah maja di Dusun Pettungnge menjadi permasalahan utama sebab kurangnya pengetahuan mitra dalam memanfaatkan dan mentransformasikan buah maja menjadi produk yang bernilai ekonomis (value added).

Buah maja tidak dikonsumsi karena rasa buah cenderung pahit dan berbau menyengat terutama buah yang tua (Tiaranisa, 2019). Padahal buah maja sangat cocok dijadikan sebagai bahan baku dalam pembuatan pestisida nabati dan pupuk organik. Buah maja mengandung senyawa nitrogen tinggi dan memiliki zat pengatur tumbuh baik untuk tanaman (Rahmawati, Gustina dan Ismi, 2019), sehingga tepat dijadikan sebagai pupuk organik. Selain itu, terdapat pula senyawa flavonoid yang berfungsi untuk meningkatkan resistensi tanaman terhadap radiasi UV, bersifat antibakteri dan sebagai antioksidan, sehingga buah maja tepat untuk dijadikan sebagai pestisida nabati. Oleh karena itu, PKM-PM ini akan menjadi solusi dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mitra dalam menghasilkan produk yang bernilai ekonomis tinggi sekaligus mewujudkan SDGs desa yang sehat dan sejahtera.

Melalui kegiatan PKM-PM ini dapat memberikan bekal kepada mitra dalam mengatasi kebutuhan melalui produksi sendiri serta untuk mengurangi biaya pembelian pesitisida dan pupuk kimia. Serta dapat memberikan motivasi kepada mitra sebagai tambahan pendapatan. Hal ini sangat mendukung program kesejahteraan masyarakat dengan menghadirkan inovasi produk yang berpotensi dijadikan sebagai produk unggulan desa, sehingga dapat meningkatkan produktivitas masyarakat khususnya mitra Kelompok Pemuda Hipma Desa Maggenrang.

Keberhasilan tim PKM ini tidak hanya merupakan kontribusi aktif oleh tim dan dosen pendamping, namun juga berkat bantuan dan arahan dari pihak-pihak lain, seperti Rektor beserta Wakil Rektor, Pengelola Epicentrum PKM UNIM Bone, serta terkhusus kepada Bapak Dr. A. M. Irfan Taufan Asfar, M.T., M.Pd., dan Bapak Dr. A. M. Iqbal Akbar Asfar, M.T., M.Pd.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline