Piala Dunia FIFA Qatar 2022 memicu perdebatan global yang sengit tentang dampak ekonomi dari menjadi tuan rumah acara raksasa sebesar ini. Sementara berita utama dipenuhi dengan biaya $220 miliar yang dikeluarkan Qatar, analisis yang lebih bernuansa mengungkapkan gambaran ekonomi yang jauh lebih kompleks. Beberapa ekonom berpendapat bahwa acara besar seperti Piala Dunia justru bertindak sebagai katalis untuk pembangunan ekonomi, khususnya bagi negara berkembang.
Masuknya turis dan perhatian media internasional dapat menyoroti negara tuan rumah, mendorong peningkatan investasi asing langsung dan peluang perdagangan. Selain itu, pembangunan infrastruktur yang marak dilakukan sebagai persiapan acara, seperti jaringan transportasi dan sistem komunikasi, dapat memiliki efek positif jangka panjang, yang menstimulasi aktivitas ekonomi di berbagai sektor. Artikel ini mengulas berbagai implikasi ekonomi Piala Dunia bagi Qatar dan keseluruhan dampaknya terhadap kemajuan ekonomi negara tersebut.
Pembangunan Infrastruktur: Membangun Warisan untuk Masa Depan
Pengeluaran Qatar sebagai persiapan menuju Piala Dunia 2022 sebagian besar difokuskan pada pembangunan infrastruktur, dengan visi yang melampaui turnamen sepak bola itu sendiri. Dana sebesar $64 miliar diinvestasikan pada infrastruktur transportasi, termasuk untuk pembangunan Doha Metro yang canggih dengan tiga jalur dan 37 stasiun.
Sistem metro ini menawarkan peluang jumlah penumpang harian hingga melebihi 130.000 orang, secara signifikan mengurangi kemacetan lalu lintas dan polusi di dalam kota. Kota-kota baru seperti Lusail, dengan Stadion Lusail yang ikonik, pun muncul bersamaan dengan perluasan kota yang sudah ada. Pembangunan bandara internasional baru, Bandara Internasional Hamad dengan kapasitas penumpang sebesar 50 juta per tahun juga dilakukan secara serius. Selain itu, jaringan jalan raya yang modern meningkatkan konektivitas di seluruh penjuru negara.
Sementara beberapa elemen, seperti hotel dengan perkiraan 132.000 kamar baru, secara langsung menguntungkan Piala Dunia, elemen lainnya, seperti sistem metro, merupakan bagian integral dari Qatar National Vision 2030, suatu rencana jangka panjang untuk diversifikasi ekonomi dari Qatar. Pengeluaran langsung untuk pembangunan stadion diperkirakan mencapai $6,5 miliar hingga $10 miliar, mirip dengan negara-negara tuan rumah Piala Dunia sebelumnya. Investasi strategis dalam infrastruktur ini diperkirakan akan menyumbang tambahan 1,5% ke PDB Qatar setiap tahun pada tahun 2030.
Manfaat dan Tantangan Ekonomi: Mencari Keseimbangan
Menjadi tuan rumah Piala Dunia sering disebut sebagai katalis untuk pertumbuhan ekonomi, menarik investasi asing dan pariwisata. Dana Moneter Internasional (IMF) pada tahun 2024 memperkirakan pengeluaran pariwisata oleh pengunjung dan pendapatan penyiaran terkait Piala Dunia bernilai antara $2,3 hingga 4,1 miliar. Dalam hal pertumbuhan ekonomi, Qatar juga menghasilkan aktivitas ekonomi tambahan setara dengan $1,6--2,4 miliar, atau 0,7--1,0 persen dari Produk Domestik Bruto (PBB) Qatar pada tahun 2022.
Kisaran kontribusi pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Piala Dunia FIFA 2002 yang menyumbang pertumbuhan terhadap ekonomi Korea Selatan sebesar $713 juta (Lee dan Taylor, 2005). Dampak tambahan jangka pendek ke negara-negara Dewan Kerjasama Teluk (GCC) lainnya juga diperkirakan ada sekalipun nilainya jauh lebih kecil. Misalnya, dampak turnamen terhadap ekonomi Persatuan Emirat Arab (PEA), negara penerima terbesar selain Qatar, diperkirakan mencapai 0,1 persen dari perkiraan PDB PEA tahun 2022.
Kementerian Perdagangan dan Industri (MOCI) Qatar secara aktif mengidentifikasi peluang investasi senilai $22,4 miliar di berbagai sektor, dan Kamar Dagang dan Industri Qatar dengan optimis juga memproyeksikan 6,24 juta turis pada tahun 2028. Hal ini tentu sejalan dengan perkiraan pra-turnamen tentang peningkatan $17 miliar ke ekonomi Qatar melalui pengeluaran pengunjung dan aktivitas terkait pariwisata. Data awal menunjukkan proyeksi ini mungkin berada di jalur yang benar, dengan peningkatan signifikan dalam pendapatan pariwisata yang diamati pada tahun 2023. Meskipun demikian, pengalaman masa lalu di Rusia, Brasil, dan Afrika Selatan, yang mengalami penurunan investasi asing langsung (FDI) setelah turnamen Piala Dunia, masing masing pada tahun 2018, 2014, dan 2010, harus menjadi catatan yang memicu kehati-hatian. Untuk mengatasi potensi kekurangan seperti yang dialami ketiga negara tersebut, Qatar telah meluncurkan beberapa inisiatif untuk meningkatkan lingkungan bisnisnya dan menarik investor asing. Upaya ini termasuk penyederhanaan regulasi, pemberian potongan pajak korporasi, dan penetapan zona ekonomi khusus. Meskipun ada potensi tantangan ini, investasi infrastruktur yang substansial di Qatar diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor-sektor utama seperti perumahan, perhotelan, dan pariwisata. Kondisi ini sejalan dengan tujuan strategis Qatar untuk mendiversifikasi ekonominya dari ketergantungan pada minyak dan gas. Piala Dunia dilihat sebagai platform untuk menarik investasi asing langsung, mendorong kemitraan antara bisnis domestik dan perusahaan global. Studi terbaru oleh Otoritas Investasi Qatar (QIA) menemukan bahwa 72% dari bisnis internasional yang berpartisipasi dalam Piala Dunia menyatakan minat untuk membangun kehadiran permanen di Qatar setelah penyelenggaraan turnamen tersebut selesai.