Deru kerumunan di Stadion Nasional Singapura saat Coldplay meluncurkan lagu-laru mereka atau jeritan gembira saat Taylor Swift naik ke panggung, mengirimkan riak kerinduan melintasi lautan luas yang memisahkan Singapura dengan Jakarta sebagai ibukota dan kota terbesar di Indonesia. Penggemar musik Indonesia mendambakan tingkat akses yang sama ke bintang musik paling terang, untuk menjadi bagian dari acara konser legendaris selama beberapa malam yang menjadikan negara tetangga Singapura sebagai objek kecemburuan di Asia Tenggara. Tetapi mengapa Indonesia, dengan budaya yang penuh gairah dan populasi yang besar, sering kehilangan kesempatan untuk menjadi tuan rumah konser dengan durasi yang panjang seperti yang dinikmati oleh Singapura? Memeriksa hambatan yang dihadapi Indonesia, memahami strategi kemenangan Singapura, dan menguraikan jalan yang jelas ke depan merupakan langkah penting dalam mengubah Indonesia menjadi tujuan yang wajib dikunjungi oleh para musisi besar dunia.
Hambatan Utama yang Dihadapi Indonesia
Indonesia, dengan budayanya yang dinamis dan pencinta musik yang antusias, belum sepenuhnya memanfaatkan pasar yang menguntungkan dari konser skala besar selama beberapa hari oleh para bintang internasional. Meskipun kota-kota seperti Jakarta kadang-kadang menjadi tuan rumah bagi artis global, frekuensi dan skala acara ini tidak ada artinya jika dibandingkan dengan negara tetangga Singapura, yang telah memantapkan dirinya sebagai pusat konser pilihan di Asia Tenggara. Memahami rintangan yang dihadapi Indonesia menjadi langkah pertama untuk menjembatani kesenjangan tersebut.
Satu kendala utama adalah biaya. Artis papan atas sekelas Coldplay dapat meminta bayaran lebih dari $5 juta per malam, menurut perkiraan industri. Ketika memperhitungkan transportasi untuk rombongan besar dan peralatan produksi, akomodasi mewah, dan biaya logistik lainnya, jumlah pengeluaran menyelenggarakan konser selama beberapa hari dapat dengan mudah membengkak menjadi puluhan juta dolar.
Promotor harus membebankan biaya tersebut kepada pembeli tiket, yang berpotensi menyebabkan harga yang tidak dapat diakses oleh rata-rata penggemar musik Indonesia. Sebuah survei tahun 2022 menunjukkan bahwa pendapatan bulanan rata-rata di Jakarta berada sekitar $350 (dibandingkan di Singapura yang mencapai lebih dari 10 kali lipat atau sekitar $3.800), menggambarkan tantangan dalam pembelian harga tiket yang sangat mahal.
Di luar ekonomi murni, pasar musik Indonesia yang terfragmentasi menghadirkan ketidakpastian. Sementara genre seperti dangdut dan pop Indonesia menikmati popularitas yang luar biasa, tidak ada satu pun tren dominan yang menjamin penonton masif untuk artis pop dan rock Barat. Minimnya demografi target pasar yang jelas membuat para promotor enggan mengambil risiko keuangan yang besar dengan menyelenggarakan konser bintang besar. Terakhir, infrastruktur pendukung yang tidak memadai menjadi penghalang yang signifikan. Sementara beberapa kota di Indonesia memiliki stadion dan arena berukuran cukup besar, hanya sedikit, jika ada, yang memenuhi standar teknis ketat yang diharapkan oleh artis tur global saat ini.
Kekhawatiran tentang kapasitas sistem pengaturan suara, kemampuan pencahayaan, ukuran panggung, dan kesesuaian tempat secara keseluruhan dapat menyebabkan keraguan bahkan di antara artis yang tertarik untuk memperluas audiens mereka ke Indonesia. Memperparah masalah ini, reputasi Indonesia dengan berbagai rintangan birokrasi dalam mendapatkan izin untuk acara besar. Proses persetujuan yang memakan waktu berbenturan dengan rencana tur artis besar yang padat, membuat mereka lebih memilih tujuan dengan efisiensi yang terjamin.
Formula Sukses Singapura dan Inspirasi Bagi Indonesia
Sebaliknya, Singapura telah menjadi negara yang membuat iri Asia Tenggara dalam hal menarik nama-nama besar dalam musik. Beberapa faktor inti mendorong kesuksesan mereka. Pertama dan terpenting, pemerintah Singapura memandang industri hiburan sebagai mesin ekonomi yang vital dan secara aktif mendukungnya. Subsidi keuangan langsung untuk konser, insentif pajak, akses tempat yang efisien, dan sumber daya promosi yang ditawarkan oleh Singapore Tourism Board menciptakan lingkungan yang ramah bagi promotor dan menurunkan ambang risiko.
Dukungan perusahaan lokal juga memainkan peran penting. Sektor keuangan Singapura yang berkembang pesat menyediakan kumpulan sponsor multinasional yang ingin sekali mengaitkan merek mereka dengan acara musik bergengsi.