[caption id="attachment_233800" align="aligncenter" width="385" caption="Ilustrasi Ekspresi serius Sang Jendral SBY (googleimage)"][/caption]
Mungkin topik ini semakin memanas ketika momentum Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tahun ini di gemparkan dengan penangkapan Pejabat Dinas Kelautan dan Perikanan oleh negara Malaysia. Padahal penangkapan itu dilakukan di wilayah perairan laut Indonesia. Penangkapan terhadap tiga petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) di prairan utara pulau Bintan oleh pihak Malaysia, berbuntut panjang, karena Kementerian Luar Negeri Indonesia, Rabu (18/8-2010) mengirim nota diplomatik, guna memprotes pemerintah Malaysia melakukan pelanggaran batas wilayah seperti dilakukan Polisi Air Malaysia.Tak hentinya masyarakat seluruh plosok Tanah Air tumpah ruah di jalanan untuk memprotes aksi penangkapan yang sangat provokatif pada momen Kemerdekaan Republik Indonesia. Tak hanya itu peluang aksi Gayang Malaysia yang sudah lama di lakukan oleh masyarakat Indonesia semakin gerang terhadap aksi penangkapa yang seakan-akan menelanjangi kemerdekaan Indonesia.
Kita semakin bingung terhadap peran pemerintah hari ini dari khasus kultur budaya yang di plagiat oleh Malaysia bahkan di klaim keberadaanya hingga mengai keimigrasian Malaysia yang selalu meremehkan bangsa Indonesia. Masih saja Pemerintah Indonesia masih melakukan penyelesai itikad yang baik. Mungkin ini sesuai dengan karakter kepemimpinan SBY yang selalu santun dengan itikad baik. Seolah-olah penyelesainya terukur dan selesai begitu saja. Ternyata dari beliau menjabat dua kali priode ini tetap saja tidak bisa membuat gebrakan perlawanan secara diplomatic untuk negara Malaysia. Sehingga negara kita bisa menunjukan sebuah image yang tidak bisa di permainkan. Ada dua objek yang harus di pertanyakan. Pertanyaannya hari ini mengapa komentar Presiden SBY selalu menggemaskan dengan dalil diselesaikan masalahnya dengan baik-baik? Mengapa raut wajah serius dan marah sang Jendral SBY tidak bisa menakuti negara Malaysia?
Asumsi pencitraan yang menggemaskan itu, SBY memang membebaskan pertahanan sosial kita. dimana fungsi pertahanan sosial ini sudah hilang dari wlayah perkotaan sampai dengan pedesaan. kenapa wilayah pertahanan sosial, karena di satu pihak SBY semenjak memfigurkan presiden pertama kali sebagai objek agar tujuan apatisme masyarakat terus timbul, yang hanya membuat mainset kepemimpinan yang santun dan berbadan tegap. kemerosotan sosial ini lah keuntungan yang terus dibuat untuk memnuhi kebutuhan pencitraan SBY terhadap respon masyarakat (seperti korupsi, teroris dll).
Untuk kepentingan luar negeri khususnya Pemerintah Malaysia. SBY memandang Malaysia hanya sebelah mata, negara yang tidak mempunayi kekuatan politik kepada negara AS. terlihat bahwa momen konfresni International libido perjuangan Indonesia terlalu terlihat, bahkan di organisasi Islam internasioanl pun, Indonesia tetap memimpin. di situlah kemungkinan timbul kecemburuan Malaysia terhadap Indonesia. SBY pun tidak merespon secara tegas karna memang secara politik dalam negeri Indonesia itu sangat menguntungkan.
Proses diplomasi yang di lakukan oleh Kementrian Luar Negeri tercatat beberapa kali mengirimkan nota keberatan diplomatik kepada negara Malaysia. Tetapi tidak juga di tanggapi keberadaanya. Bahkan semenjak Duta Besar RI untuk Malaysia Jenderal Pol (Purn) Susanto, yang saat ini menjabat sebagai kepala BIN. Tidak juga membuat pemerintah Malaysia sungkan terhadap Indonesia. Terus melahirkan khasus-khasus dari masalah TKI, batas wilayah perairan, pulau-pulau kecil, budaya dan kultur. Saya pertanyakan bagaimana pendekatan Pemerintah Indonesia untuk bisa menekan pemerintah Malaysia agar tidak selalu membuat konflik bilateral ini. Memang secara historis baik kultur dan budaya kita memang satu rumpun. Tapi alasan pemerintah Indonesia harus mempunyai sikap tegas yang membuat bangsa Indonesia semakin bangga dengan pemerintah Indonesia. Hari ini yang terjadi adalah timbulnya apatisme masyarakat dalam menyikapi nuansa nasionalisme.
Dalam proses penyelamatan preventiv keIndonesiaan jaman sekarang yang banyak sekali dengan isu ancaman politik, sosial dan keamanan yang memang hari ini sudah terkikis budaya sosial dan politik kita oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Semestinya SBY memberikan sikap tegas (*layaknya Jendral Memimpin Pasukan) untuk bisa membeirkan pelajaran keras kepada pemerintah Malaysia. Kejadian ini sebagai mimpi buruk kelak untuk generasi muda yang akan datang ketika SBY tidak bisa menyelesaikan dengan tegas, karena saat ini masyarakat Indoensai di dunia maya (facebook, twitter, dll) sudah berperang membuat opini buruk terhadap konflik Indonesia dan Malaysia. Bahkan masyarakat Malaysia pun turut membuat opini seperti itu. Kalau seperti ini baigamana puluhan ribu masyarakat Indonesia yang ada di Mayasia bisa tenang, yang seolah-olah masyarakat Indonesia di Malaysia sendiri tidak mengakui keIndonesiaannya. Ini lah dampak negatif ketika Presiden hari ini tidak mempunyai sikap tegas sehingga rakyat Indonesia tidak peduli dengan keberadaanya..
oleh: Andira Reoputra, ST(Ketua Assosiasi House of Indonesia, Philippines)
*Tulisan sebelumnya: Dunia Pendidikan Belum Merdeka Dukung Adanya Pengadilan Lingkungan Ada Korupsi Hak Penggunaan Jalan oleh Presiden dan Pejabat RI TKI ala Ibu Sri Mulyani Citra Presenter Politik TV Indonesia Polisi Lalu Lintas di hapuskan saja !!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H