Lihat ke Halaman Asli

Di Kanjuruhan

Diperbarui: 3 Oktober 2022   12:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Lirih/dokpri

Ratusan nama berlalu abadi
direnggut dan diambil pergi
segelintir nafsu yang menjadi.
Tak ada lagi, selain menyisa sedih.

Semua mengingat, sepanjang masa
di Kanjuruhan massa berdesak
pulang, tersengat asap menyiksa
dan tangisan yang terisak-isak.

Tidakkah lelah mencatat tragedi?
Yang menerus berulang terjadi.
Berhenti menjadi biang keladi!
Apalagi sampai tidak berbudi.

Jika bukan kita,
Maka siapa?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline