Lihat ke Halaman Asli

Dari Mata, Turun, dan Habis

Diperbarui: 2 Oktober 2022   11:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Lirih/dokpri

Berkala-kala
mata sepakbola
melihat kalah sebagai jendala,
bukan adakala.

Laga kecil-besar
menjelma ajang hajar,
penuh kata tanpa kadar
yang panas sampai membakar.

Rumput-rumput,
ditumbuhi rumpun
orang takut,
turun mengaduh dan meminta ampun.

Terdengar kata.
Hanya dari layar kaca
setiap pasang mata
teduh tak memantul gas air berkaca.

Bila pulang
mati sia,
bernyanyi setia dan hadir sedia
tak menjadi mulia.

Jangan kembali,
nyali tanpa kendali
harus habis tanpa kecuali
sampai ada peduli.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline