Lihat ke Halaman Asli

MENDADAK PUJANGGA {KETIKA KARTU LEBARAN MENJADI SEJARAH}

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini dibuat tanpa maksud mendiskreditkan siapapun...jadi sebelumnya mohon maaf....

Saya masih ingat ketika masih SD dizamannya Pak Harto....beberapa hari dan minggu setelah lebaran,kami menerima kartu lebaran...ada macam-macam bentuk,mulai yang paling sederhana hingga paling canggih...didalamnya tertulis "Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 14...H,yang memberi ruang bagi pemakainya untuk menulis sesuai tahun yang ada...sehingga kartu lebaran yang dijual tahun lalu masih bisa dipakai tahun ini dan tahun depan...tinggal menulis tahun hijriahnya saja....dan ucapan selamatnya sudah terformat sedemikian rupa sehingga tidak memberi ruang ekspresi bagi sang pengirim kartu lebaran untuk berimprovisasi menggunakan kata-kata puitis layaknya pujangga....

Kartu lebaran...sekarang tinggal sejarah...seperti halnya prangko...hal ini disebabkan perkembangan teknologi informasi sedemikian rupa yang membuat sekat ruang dan waktu terasa begitu singkat...sederhananya,adanya telpon seluler yang diproduksi massal dan terjangkau serta teknologi internet yang berbanding lurus dengan telpon seluler membuat komunikasi interpersonal tidak lagi dibatasi oleh jarak dan waktu...

selain itu,ruang improvisasi semakin luas...di internet : kita melihat berbagai status yang pemiliknya begitu merdeka berekspresi menggunakan teks yang diinginkan...orang menulis status diinternet mulai dari masalah sepele misalnya terlambat kesekolah,kehabisan kopi susu,gagal mancing hingga ketemu pejabat...bahkan masalah patah hati,kerinduan pada pacar yang jauh dan sebagainya termanifestasi dalam status atau note seperti yang ada baca saat ini...

dari dulu saya punya banyak teman,sehingga waktu memiliki hape,memorinya hampir selalu penuh karena banyaknya nomor yang harus saya save...belum lagi nomor-nomor baru yang belum sempat di save...setiap awal ramadan atau lebaran,inboks hape saya selalu penuh dengan ucapan selamat....serta permohonan untuk saling memaafkan...sungguh,kartu lembaran tinggal sejarah...

dalam SMS ucapan selamat lebaran/puasa itu ada kalanya 2 halaman SMS...saya begitu kagum atas keahlian pengirim SMS tersebut dalam merangkai kata...sungguh canggih syaraf pujangganya....padahal kalau ketemu,biasa-biasa saja...apakah karena orang tersebut selalu menyembunyikan keahliannya merangkai kata???

bayangkan,terkadang sampai 100an SMS ucapan selamat lebaran yang harus saya balas...dan dari ratusan SMS itu sungguh ditulis oleh para pujangga,atau mungkin mendadak pujangga...entahlah...yang jelas,pelajaran bahasa Indonesia 100 tahun kedepan akan menulis bahwa ditahun 2000an telah lahir angkatan pujangga baru....bukan lagi angkatan balaipustaka...dst...tapi angkatan pujangga dunia maya....

kembali ke SMS puitis....membalas ratusan SMS puitis sungguh sulit bagi saya yang bukan pujangga ini...bagaimana mungkin tiba2 saya harus membuat ratusan puisi berbeda???....dan tentu kurang santun jika saya tidak membalas SMS puitis itu....

akhirnya solusi muncul....ratusan SMS puitis itu saya balas dengan kata sederhana yaitu :

".....MAAF....."

singkat,padat tapi mungkin kurang jelas :-)...saya kira itu sudah cukup merepresentasikan keinginan untuk memohon maaf atas segala kesalahan sebelumnya...dan juga memohon maaf karena tidak mampu merangkai kata laksana pujangga....

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline