Lihat ke Halaman Asli

Andi Rahmanto

Abdi Negara

Car Free Day atau Politic Day?

Diperbarui: 11 Mei 2018   21:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Car Free Day, Minggu, 29 April 2018, jalan protokol ibukota yang seharusnya menjadi area bersantai dan bersuka ria di hari libur, berubah menjadi arena pertarungan dua massa politik yang saling berbeda pandangan.

Ada pandangan menarik dari beberapa orang yang menganalisis kasus intimidasi dalam kegiatan Car Free Day tersebut, yaitu saat ibu yang menjadi korban melontarkan kalimat, "Muslim macam apa kalian?"

Mengapa harus melontarkan kalimat "Muslim macam apa kalian?" Ibu ini seakan-akan langsung menuduh para pelaku pasti seorang muslim. Apakah karena inisiator gerakan #2019gantipresiden adalah kader PKS, lantas tidak ada non muslim yang ikut menjadi simpatisannya? Apalagi, oposisi pemerintah bukan hanya PKS, namun juga Gerindra. Capres penantang incumbent pun berasal dari Gerindra. Sedangkan Gerindra sendiri bukan partai yang mengindentikkan diri sebagai partai Islam, tapi partai nasionalis.

Kalimat "Muslim macam apa kalian" menjadi sebuah tuduhan yang keji kepada umat Islam. Padahal gerakan #2019gantipresiden adalah aksi yang ditujukan untuk masyarakat umum yang kecewa dengan kinerja presiden incumbent.

Polisi memang sebaiknya mengusut dan menghukum pelaku intimidasi, namun ada baiknya juga ibu tersebut diperiksa alasan dia langsung menuduh bahwa pelakunya adalah muslim, padahal gerakan #2019gantipresiden itu berlaku untuk semua kalangan dan tidak dikhususkan hanya untuk muslim.

Hal lain jika kita amati videonya, memang tampak orang-orang yang berusaha mengganggu ibu tersebut. Tapi terlihat pula beberapa orang dari massa #2019gantipresiden yang berusaha memberi perlindungan. Mengapa orang-orang baik yang berupaya untuk melindungi ibu ini tidak diapresiasi? Jadi tindakan intimidasi itu hanya dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Bahkan dalam kekacauan yang lebih parah seperti kerusuhan kelompok suporter sepakbola di Indonesia, tidak ada kasus suporter yang ditimpuki, diinjak-injak atau dipukuli lantas melontarkan kalimat ke lawannya, "Muslim seperti apa kalian".

Secara logika, sulit dinalar jika ada orang-orang yang waras logikanya mau mengganggu seorang ibu dan anak. Kalaupun hal itu terjadi, kemungkinan orang yang mengganggu mengalami gangguan nalar. Dan apabila ada orang yang mengganggu sang ibu dan anak, pasti akan ada orang lain yang berusaha membantu dan melindungi keduanya. Apalagi negeri ini menganut adat ketimuran yang menjunjung tinggi kedudukan seorang ibu.

Suhu politik memang semakin panas. Oleh karenanya, kita harus berhati-hati dan cermat mengamati kondisi agar tidak mudah terpancing pada isu-isu yang sensitif. Sering muncul pertanyaan dalam benak ini, apakah kekacauan ini adalah drama yang sengaja dipancing-pancing untuk menambah panas suhu politik menjelang pilpres 2019?

Orang-orang jahat akan mengambil manfaat dari situasi politik yang sedang panas ini. Mereka sengaja memanas-manasi situasi agar lebih membara sehingga mereka mendapatkan keuntungan yang besar. Kondisi yang kacau memberi keuntungan orang-orang jahat untuk mendapatkan popularitas, uang dan jabatan. Maka wajar mereka benci jika tercipta situasi yang aman dan kondusif di negeri ini. Oleh karenanya, tugas kita adalah jangan menceburkan diri dalam skenario dan drama jahat yang mereka buat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline