Lihat ke Halaman Asli

Andi Rahmanto

Abdi Negara

Keajaiban Istighfar (Jilid I)

Diperbarui: 23 Maret 2018   17:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pada suatu hari, Imam Ahmad berniat untuk melakukan perjalanan ke suatu tempat. Tujuannya pun tak jelas untuk apa ke tempat itu. Imam Ahmad hanya menuruti dorongan hatinya yang begitu kuat untuk pergi ke sana.

Saat dalam perjalanan, Imam Ahmad merasa kelelahan dan ingin beristirahat sejenak. Beliau pun singgah di suatu masjid. Ketika sedang beristirahat, beliau didatangi oleh penjaga masjid, kemudian mengusir Imam Ahmad dari dalam masjid. Penjaga masjid tampaknya tidak mengenal sosok Imam Ahmad. Imam Ahmad merupakan tokoh agama yang sangat terkenal, namun tidak semua orang mengenal wajahnya.

Kemudian Imam Ahmad keluar masjid. Melihat Imam Ahmad diusir oleh penjaga masjid, seorang pedagang roti menawarkan Imam Ahmad untuk istirahat di tokonya yang kebetulan tidak jauh dari masjid. Pedagang roti itu tidak mengenal Imam Ahmad, namun melihat kondisi Imam Ahmad yang kelelahan dari perjalanan jauh, pedagang roti merasa kasihan. Imam Ahmad tidak menolak tawaran itu. Beliau pun berjalan ke toko milik pedagang roti, lalu beristirahat di dalamnya.

Sambil berbaring, Imam Ahmad mengamati perilaku unik dari pedagang roti. Pedagang roti itu selalu beristighfar sambil mengaduk adonan roti. Ia hanya berhenti beristighfar ketika menjawab pertanyaan yang dilontarkan Imam Ahmad.

Imam Ahmad kagum dengan amalan pedagang roti tersebut. Imam Ahmad pun bertanya, "Wahai pedagang roti, sejak kapan engkau selalu beristighfar sambil bekerja?" Pedagang roti menjawab, "Sudah sejak lama." Lalu Imam Ahmad bertanya kembali, "Apa yang sudah engkau peroleh dengan amalan istighfar-mu yang seperti itu?" 

Pedagang roti berkata, "Semua permintaanku sudah dikabulkan Allah, kecuali satu." Imam Ahmad bertanya lagi, "Apa permintaanmu yang belum dikabulkan itu?" Pedagang roti pun menjawab, "Aku ingin sekali bertemu Imam Ahmad bin Hambal." Seketika itu Imam Ahmad terkejut dan menitikkan air mata, sambil beliau berkata, "Wahai pedagang roti, permintaanmu itu sekarang sudah dikabulkan Allah. Akulah Ahmad bin Hambal." Mendengar perkataan Imam Ahmad itu, pedagang roti pun terkaget-kaget dan bersyukur karena keinginannya untuk bertemu Imam Ahmad akhirnya terwujud.

Demikianlah keajaiban dari istighfar. Istigfar sendiri dapat diartikan sebagai bentuk permohonan ampun kepada Tuhan. Setiap orang yang selalu memohon ampunan kepada Tuhan dan dosanya diampuni, pastilah doa-doanya akan lebih mudah dikabulkan. Oleh karena itu, sebelum seseorang memulai doa, dianjurkan untuk memperbanyak permohonan ampun.

Jika direnungi dari kisah diatas, betapa dahsyatnya kekuatan istigfar dan doa dari si pedagang roti. Seorang ulama besar dan soleh seperti Imam Ahmad, yang harusnya didatangi, justru beliau yang "didatangkan" Allah untuk menemui pedagang roti. Padahal jarak antara kotanya Imam Ahmad dengan kota pedagang roti tidaklah dekat. Dengan amalan yang konsisten dan tekun, disertai doa yang khusyu, kemudian Tuhan sudah berkendak, maka terjadilah. Konsisten dalam beramal, itu intinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline